48. Nikisya

10 3 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.

"Luka belum tentu menghadirkan air mata. Tapi rasa kecewa sudah tentu membuatku terluka dan mengeluarkan air mata."

______________________________________

Inbreeding

"Party guys!" seru Kisya heboh seraya menghempaskan rambut legamnya saat berjalan di lantai koridor.

"Yuhuuuu party!" Syifa menimpali dengan suara yang tak kalah hebohnya.

"Oke!" Ini Syahna, si gadis yang tak pernah menunjukkan reaksi apa pun sekalipun kemenangan jatuh ke tangan Victor.

Suasana di koridor utama berubah menjadi menegangkan ketika para anggota Victor melintas dengan gaya congkaknya. Berhasil menggapai kemenangan membuat mereka seolah memiliki kekuasaan paling tinggi di sekolah ini. Satu Minggu lebih Imposter dinyatakan hancur, Victor sukses merajai takhta primadona SMP Antariksa tanpa adanya pesaing satu pun.

Bahkan, selama satu Minggu itu pula ulah Victor sangatlah menjengkelkan. Bayangkan saja, mereka tega melorotkan celana olahraga siswi sampai celana dalam bermotif Doraemon tersingkap di hadapan siswa lainnya.

Parah enggak, sih?

Namun, di kala momen emas itu tengah terlaksana dengan bahagianya, langkah mereka tiba-tiba berhenti ketika Putri menghadangnya dengan sangat berani.

"Mau apa nih si cewek kecakepan?" Kisya berkacak pinggang, menatap angkuh lawan bicara di hadapannya. Senyum yang semula menghiasi wajahnya, seketika meredup.

"Mau ke mana lagi lo, hah?!" tanya Putri penuh penekanan.

Sudut bibir Kisya terangkat. "Anak cupu tolong minggir, bisa enggak, ya?"

"Enggak waras lo, Kisya!" Ucapan Putri meninggi.

"Ah, masa, sih? Kok, gue biasa-biasa aja, ya?" Kisya menyeringai, seringai paling tabu yang terbit di bibir gadis itu.

Putri mengeraskan rahangnya. "Lo---"

"Lo tuh iri, ya, enggak bisa jadi primadona di sini?" potong Syifa memicingkan mata. "Mau gabung sama kita? Boleh-boleh aja, kok. Ayo! Asal lo jadi budak. Hahahaha ...."

Mata Putri dibuat membulat dengan sempurna. "Gue enggak ada urusan sama lo, Syifa! Paham?!"

"Ih, kok, nge-gas. Ewh ... jijik!" cibir Syifa bergidik geli.

Tatapan Putri memerah, kemudian mengarahkannya tepat pada manik Kisya yang terlihat sangat datar.

"Heh, Kisya! Gue enggak suka, ya, lo---"

"Enggak suka apa?! Jawab!" Kisya maju beberapa langkah, mengangkat dagunya dengan menantang.

Kisya mempertipis jarak antara dia dengan Putri, membuat tanpa sadar kedua kaki Putri melangkahkan mundur melihat aura gelap memancar di kedua bola mata Kisya.

"Lo itu udah kalah, hei!" Kisya menyentuh rambut Putri. "So, jangan sok jagoan lagi, ya. Jadi murid culun enggak usah sok punya nyali lo."

"Enggak usah banyak bacot lo!!"

Plak!

"Gue enggak suka lo giniin kakak lo sendiri brengsek!!!" sentak Putri disertai tamparan keras yang mendarat di pipi Kisya.

"Itu kakak lo sendiri, woi! Kakak yang selalu sayang sama lo! Kakak yang selalu peduli sama lo, Kisya!! Lo unya otak enggak, sih? Hah?! Punya enggak?! Jawab!! Kalau lo punya otak, lo enggak mungkin tega khianati keluarga lo sendiri!!"

NIKISYA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang