41. Tanda-Tanda Perdamaian

14 4 1
                                    

HAPPY READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING
.
.
.

Tanda-Tanda Perdamaian

"Bila memang permusuhan tak bisa diakhiri, maka perdamaian bisa menghapusnya."

"Dua tiga kelek matre, bacot lo cewek lonte!" maki Dita sambil menoyor kepala Syifa dengan berapi-api.

Syifa meringis, menghadiahi Dita dengan kilat tajam di kedua matanya. "Dua tiga karat bolot, minggat lo cungur peot!" balas Syifa kemudian meninju keras bahu Dita.

Sudah lebih dari satu menit kedua gadis itu bertengkar di ambang pintu kelas 9D. Hanya perkara Dita yang tidak sengaja menginjak sepatu Syifa saat hendak keluar kelas, membuat Syifa marahnya enggak ketulungan. Sehingga menyendat pergerakan para siswa lainnya yang tak bisa keluar kelas lantaran adu mulut antara mereka yang tak kunjung mereda.

"Sujud lo!" titah Syifa menunjuk sepatu hitamnya yang berkilau.

"Dih, emang lo Tuhan harus gue sujudin?!" sewot Dita membawa kepalan tangannya ke udara.

"Lah, emang suka sujud lo?" Syifa menyelidik, sedikit seringai terbit di bibirnya. 

"Sukalah," sahut Dita menghempaskan rambutnya hingga tergerai.

"Elaaahhh, gayanya dah selangit. Wudu aja setaun sekali lo!" cibir Syifa terbahak-bahak melihat perubahan drastis di raut wajah Dita. 

"Sok tau lo!"

Dita menggeram, kepalan tangan yang ia taruh di sisi roknya semakin mengeras. Sementara Syifa hanya menganggap kemarahan Dita hanyalah sekadar guyonan semata. Namun, Dita benar-benar marah atas perkara ini. Mungkin dia adalah orang paling polos dan bego di antara teman-temannya, tapi dia bisa saja menjadi ganas ketika kenyamanannya terusik tiba-tiba.

"Acieeee, ngambek, nih? Ck, kek bocah ihhh." Syifa bergidik geli, tanpa sadar dia telah merangsang amarah di jiwa Dita semakin tersulut kobaran api. 

"Dasar lo. Tuh sungut lemes bener, ya!" dengkus Dita menggulung seragam khas sekolahnya sampai sikut. "Sini lo! Gue setrum lo, Syifa!!"

"Idih, dih, si bego sok ga--Anjir! Ditaaaaa!! Sakit, woi!! Anjir Ditaa! Lo budeg apa?! Sakit woi!! Rambut gue rontok!!! Ditaaaa!! Lepasiiiinnn!!!" Syifa menjerit heboh tatkala rambut panjangnya tiba-tiba ditarik kasar Dita dengan tarikan yang begitu kencang. 

Atmosfer di lantai dua seketika menegang. Kelas-kelas tetangga sontak tercengang kaget mendengar teriakan Syifa juga umpatan-umpatan Dita. Andai saja pihak sekolah memperbolehkan mereka untuk membawa handphone, pasti sudah mereka abadikan momen berharga ini lalu meng-upload-nya ke media sosial. 

"Modar lo! Modar!!!" 

Namun, konflik itu langsung mereda ketika dua orang gadis datang melerai pertarungan jambak-menjambak rambut antara Syifa dan Dita.

NIKISYA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang