HAPPY READING
.
.
.Mabuk
"Membenci bukan berarti melukai."
Hari Minggu ini SMP Antariksa sudah ramai didatangi seluruh angkatan kelas sembilan yang bersiap pergi mengadakan pembelajaran di Museum Bandung, sekaligus menyegarkan pikiran agar tak jenuh lantaran harus belajar di sekolah terus-menerus. Tentu, kesempatan seperti ini tidak akan disia-siakan oleh seluruh siswa kelas 9. Semua biaya ditanggung sekolah, mulai dari biaya transportasi, konsumsi, dan lainnya. Mereka hanya perlu membawa niat dan alat tulis saja untuk bisa berangkat. Enak banget, kan, masa-masa putih biru itu?
Kisya yang hari ini mengenakan Washout Denim dengan rambut yang sudah dikepang dua tengah terduduk di bangku taman sekolah sambil mengambil foto selfie bersama kedua kawannya.
Kisya menarik senyum saat melihat foto yang menurut Syifa paling lucu dan menggemaskan. Di mana saat dirinya menyipitkan sebelah matanya sambil memeletkan lidah pada Syifa dan Syahna. Mereka beradu tatap, kemudian tertawa bersama melihat hasil jepretan.
"Ih, pipi gue kok lama-lama kek buntelan kasur, sih?" decak Kisya menusuk-nusuk pipinya yang terasa kenyal.
"Enggak apa-apa, Mom. Lo harusnya bangga bisa gendut. Lah gue badannya dah kek Lempeng Pasifik," balas Syifa cemberut.
Mata Kisya mengedar mengamati satu per satu siswa yang terus berdatangan. Hingga akhirnya satu manik berwarna cokelat terang membuat bola matanya terpaku pada satu siswa yang sedang bersandar di pilar aula sambil memegang kertas tebal. Rambut belah dua cowok itu terlihat rapi dan gagah, bahkan setiap kali ia menyibak rambutnya membuat Kisya merasa gila seorang diri.
"Eh, Mom, lo mau ke mana elah?" tanya Syifa saat melihat Kisya berlari begitu saja.
Syahna mengikuti arah pandang Kisya yang berbinar-binar. Seringai terbit di wajahnya ketika tahu siapa orang yang Kisya sasar.
"Bebeb!" panggil Kisya tanpa rasa malu pada Randi, membuat cowok itu menoleh dengan memasang wajah datar.
"Kenapa?" tanya Randi lagi-lagi menyugar rambut lebatnya.
"Omaigat. Damage lo bakpong!" pekik Kisya seolah tersihir oleh aura ketampanan yang menguar dari wajah Randi.
Randi mengernyit sembari memutar bola matanya malas. Melihat Kisya yang mematung sejak tadi, Randi pun mengambil kesempatan untuk kabur dari pemangsa ganas itu. Namun, semesta tak mendukungnya. Dia terciduk saat hendak kabur, dan itu tidak akan Kisya biarkan begitu saja. Kisya menahan lengan Randi, memenggal kakinya yang sudah maju beberapa langkah. Senyum kemenangan terpancar dari wajah Kisya, sedangkan wajah nelangsa bersimbur dari wajah Randi.
"Lo mau ke mana, sih?" dengus Kisya mencebikkan bibirnya sebal.
Randi menghela napas, kemudian menjawab, "Sibuk."
"Oalah jadi OSIS sibuk banget, ya?" Pertanyaaan serius Kisya malah Randi abaikan. Ya, Randi adalah seorang anggota OSIS SMP Antariksa.
Kisya berdeham memberi sinyal agar cowok bagaikan kutub utara itu memusatkan pandangan kepadanya. Randi pun menengok, tapi tetap jangan sampai lupa, ya, kalau cowok itu akan tetap bersifat dingin bin cuek pada siapa pun yang tidak disukainya.
"Gue mau ikutan juga dong jadi OSIS. Boleh gak?" pinta Kisya memilin jemarinya seketika membuat Randi ingin tertawa saat itu juga.
Yang benar saja? Jadi apa sekolah ini nantinya kalau gadis nakal seperti Kisya menjadi seorang anggota OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Genç KurguBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...