32. Marahin Supir Angkot

13 8 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.

Mereka Bersatu?

"Ingin sekali rasanya seperti dia yang selalu mendapat cinta, selalu mendapat perhatian, dan selalu mendapat kasih sayang. Sejujurnya iri hati ini jika melihat dia tersenyum. Namun, mau bagaimana lagi? Takdir Tuhan jauh lebih indah daripada sebuah harapan."


Rencananya hari ini Imposter dan Victor akan bermain ke rumah Nisya dan Kisya dengan alasan yang cukup logis, tapi sesat, yaitu kerja kelompok. Lagipula menurut info yang Putri dapatkan, kalau Aqila akan mengadakan syukuran kecil-kecilan atas kehamilan putri ketiganya. Ya, Nisya dan Kisya akan segera mendapatkan adik baru. Kesan pertama saat mereka mendengar bahwa sebentar lagi akan ada kehadiran anggota baru di keluarganya, keduanya senang bukan main. Apalagi Kisya, dia yang paling mendamba-dambakan sosok adik sejak kecil, tapi belum juga tercapai. Dan di tahun ini Tuhan meanugerahkan janin kecil yang Tuhan titipkan di rahim seorang Aqila.

Masih berbalut seragam putih biru, para pasukan Imposter dan Victor sibuk meredam emosinya lantaran angkot yang tak kunjung melintas di halte sekolah. Nisya melirik terus-menerus arloji hitam yang melingkar di lengan mungilnya. Kalau dihitung, mungkin sudah hampir lima belas menit lebih mereka mematung di tempat ini, tapi angkot tak kunjung datang.

"Nih supir angkot ngeselin banget sumpah. Giliran enggak dibutuhin maksa-maksa suruh naik. Ehhh giliran dibutuhin aja pada ngilang lu. Gue injek juga tuh ban sampe bolong." Nisya menggerutu sebal sembari mencak-mencak tak karuan. 

"Elah, kagak sabaran banget, sih, lo," decak Kisya menyilangkan tangannya di depan dada.

Nisya balik menatap Kisya, sedangkan yang ditatap memerhatikan manik mata kakaknya begitu jeli. "Emangnya lo sabar?" tanya Nisya menantang.

"Enggak."

"Yehhh, gue bacok juga tuh kepala lembek lo." Nisya mendengkus kasar.

"Nyenyenye." Kisya mencibir, sangat lelah jika penyakit menyebalkan kakaknya itu sudah kambuh. 

Selang beberapa detik, semua senyum gadis belia itu akhirnya terukir saat sebuah angkot yang mereka tunggu-tunggu melintas di depan halte.

Syahna, si gadis paling kalem itu melambai-lambaikan tangannya pertanda menyuruh angkot untuk berhenti. Si abang supir yang usianya masih remaja, terkesima kedapatan penumpang cakep kayak mereka. Kemudian, si abang supir memicingkan sebelah matanya, menimbulkan lagak seolah-olah ingin muntah dari para perempuan itu. 

"Nih Abang angkot kayaknya abis mabok deh," bisik Dita kepada Putri.

"Sttt, jangan sotoy," balas Putri berbisik.

Setelah cewek-cewek bobrok itu duduk dengan rapi, angkot pun melaju pesat membelah jalanan Kota Bandung yang mulai ramai dipadati ribuan kendaraan. Di antaranya terdapat angkutan umum yang mereka duduki ikut bergabung bersama kendaraan lainnya. Penumpangnya cuman mereka berenam saja, seakan-akan ini merupakan angkot borongan.

Awalnya kecepatan angkot masih berada di angka stabil. Namun, setelah jalanan lengang, si supir malah memanfaatkan suasana itu untuk membuat jantung anak-anak SMP Antariksa itu berdebar kencang dan panik tak karuan. Serius, dengan cekatannya si supir menyalip mobil dan motor kanan-kiri, bahkan truk besar sekalipun nekat ia salip yang justru benar-benar membahayakan dirinya dan keselamatan penumpang. 

Tiba-tiba, ketika di belokan supir mencancap pedal rem secara mendadak, membuat kumpulan gadis di dalamnya tersungkur membentur kaca dan sesama kepala. Dan ini angkot tancap gasnya enggak ngotak banget, bahkan angka kecepatannya hampir menginjak di angka seratus kilometer per jam. Dan ini udah ketiga kalinya si supir rem mendadak. 

NIKISYA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang