HAPPY READING
.
.
.Razia Dadakan
"Tidak ada yang spesial dari kekalahan. Hanya ada balas dendam yang siap diluncurkan."
Sisa air mata yang kemarin menyiram wajahnya masih berbekas di raut Nisya. Kini gadis itu sedang menyusuri koridor dengan tangan menenteng sekantung keripik singkong yang sengaja ia bekal dari rumah. Dia merauk satu buah keripik dengan ukuran jumbo, tapi sebelum sampai di mulut, tubuhnya terdorong kala dua orang merangkulnya tiba-tiba.
"Keripik aing!" jerit Nisya histeris saat keripiknya berceceran di bawah lantai. Ia menatap nyalang dua pelaku yang cengar-cengir tak berdosa. "Gantiin!"
"Ya elah lebay banget, sih, orang itu cuma keripik doang. Ntar gue beli sama pabriknya biar lo puas! Kalau kurang, gue beliin juga bujangannya biar lo kawin sama lo!" seru Syifa menggebu-gebu.
Nisya mendengus. "Kek yang mampu aja. Beli permen kiss aja ngutang lo," sindirnya sambil memutar bola mata. "Gocap, sini!"
Kedua mata Syifa sontak membulat. "Buset, mahal amat. Perasaan tuh keripik gituan sepuluh ribuan," protes Syifa tidak terima.
"Buruan!" paksa Nisya melotot. "Kalau enggak mau, gue laporin ke Bu Rani lo berdua suka malakin adik kelas," ancam Nisya mengintimidasi.
"Dih, sok tau banget." Syahna angkat suara.
Nisya tersenyum miring melihat reaksi keduanya yang sangat ketakutan mendapat ancaman besar darinya. Syifa berdecak kesal, rela tak rela dia pun menyerahkan lembaran uang sepuluh ribu rupiah kepada Nisya. Padahal uang berwarna ungu tersebut dia dapatkan susah payah dengan memalak adik kelas di kantin kemarin siang.
Tanpa berpikir dua kali, Nisya lantas merebut uang itu dari tangan Syifa penuh kemenangan. Dia mengecup uangnya ke udara, lalu memasukkannya ke dalam saku rok sekolah birunya. Oke, setidaknya uang jajannya hari ini bertambah sepuluh ribu rupiah.
"Cakep, gue suka!" seru Nisya mengacungkan jempol seraya berlalu begitu saja.
"Heh, beresin dulu keripiknya, oy!" teriak Syifa mengggelegar.
"Bersihin, Syif," titah Nisya seenaknya.
Syifa menarik kedua alisnya. "Pake apa?"
"Pake muka lu!"
"Ihhh, lama-lama gue gaplok juga tuh orang pake linggis!" misuh Syifa mencebikkan bibir sembari mencak-mencak. Dia pun bergegas masuk ke dalam kelas, meninggalkan area koridor yang kotor oleh tumpahan keripik singkong.
Nisya menurunkan bokongnya di samping Dita yang sudah datang lebih awal. Ia mengedarkan pandangannya, menatap satu per satu siswa yang sudah berganti kostum menggunakan pakaian olahraga. Kemudian, dia menurunkan pandangannya, seperti ada yang janggal dari pakaian yang ia kenakan. Kira-kira apa, ya?
"Lah, Bos. Kok lo pake baju pramuka, sih? Pramuka jadwalnya besok, Bos. Sekarang mah olahraga," peringat Putri mengulum tawa.
"Lah iya forget gue!" Nisya menepuk jidatnya.
"Aaaaa gagah banget, Bos, lo pake baju pramuka. Tapi kalau kulit lo ikutan cokelat, kayaknya lebih gagah deh," sambar Dita dari ambang pintu.
Semua murid sontak tertawa melihat Nisya yang salah menggunakan kostum. Namun, tawa itu seketika lebur saat sorot mata Nisya membentang tajam, membuat suasana kelas menjadi hening seperti semula.
Nisya mengerucutkan bibirnya, dia mengepalkan tangannya dengan kuat, kenapa juga ia malah lupa kalau sekarang adalah pelajaran olahraga?
"Ayo, Dit!" ajak Nisya tiba-tiba menarik lengan Dita dengan paksa, saat Dita tengah melakukan split.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Teen FictionBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...