HAPPY READING
.
.
."Jangan mau jadi orang hebat, tapi jadilah orang kuat. Karena orang kuat sudah tentu hebat, tapi orang hebat belum tentu kuat."
______________________________________
Akhirnya Terungkap!
Plak!
"Dasar cowok enggak tau diri!"
Tamparan dan umpatan pedas itu meluncur dari tangan dan bibir Putri yang sangat murka di hadapan Fadil.
Mendengar kabar kalau Nisya menjadi korban pemutasian, membuat Putri begitu tak terima atas keputusan sekolah. Padahal ia yakin, Nisya tak mungkin tega melukai sahabatnya sendiri. Dan Putri yakin, kalau dalang di balik semua ini adalah ulah Fadil.
"Heh! Apa-apaan, sih, lo?!" geram Fadil memegang pipinya yang perih.
"Lo yang apa-apaan, hah?!" Nada bicara Putri semakin meninggi.
"Heh, tapak kuda! Lo dateng-dateng nampar gue. Sakit jiwa, ya, lo?!" Fadil menatap tajam mata Putri.
"Ngaku enggak lo! Pasti lo, kan, yang---"
"Iya, iya, gue ngaku, gue ini cowok ganteng. Sewot banget, sih," potong Fadil mengerucutkan bibirnya kesal.
Mata Putri membulat, satu tamparan lagi menyambar pipi kanan lelaki itu. Membuat kepala Fadil bergerak untuk kedua kalinya.
Plak!
"Gue enggak main-main domba!!" sentak Putri menggelegar.
Suasana di depan kantin tiba-tiba menegang saat Putri datang dan langsung menampar Fadil begitu bel istirahat berkumandang. Bahkan tak ada satu pun murid yang berani melintas di area tersebut lantaran percekcokan antara mereka tambah seru dan sengit untuk ditonton.
"Lah, gue main-main? Satu sekolah juga tau kali gue mah emang ganteng." Fadil malah menanggapinya dengan candaan, meskipun kedua pipinya sama-sama terasa panas oleh tamparan Putri.
Putri mendengus geli. "Gue yakin, pasti lo, kan, yang udah nyebar berita hoaks sama kertas cacian buat Dita?! Ngaku enggak lo!"
Fadil tercengang, decakan sebal keluar dari bibirnya. "Fitnah, ye, lo kerjaannya. Nih, asal lo tau. Gue---ah, sakit, woi! Sakit anjir aahhh!! Woi, curut! Sakit!!" Fadil meringis keras ketika Putri seketika menjewer telinganya hingga kaki Fadil terseret melenggang dari depan kantin.
Mereka berjalan cukup jauh, masih dengan telinga Fadil berada dalam kungkungan Putri. Walaupun Fadil sudah berteriak sekeras mungkin, tapi Putri tak mengindahkan ringisan Fadil sedikitpun. Cewek itu sudah benar-benar muak dengan cowok yang satu ini. Dan hari ini, Putri mau Fadil mengungkapkan segala kebenaran untuk menyingkap keadilan.
Sesampainya di depan ruang BK, Putri lantas melepas jewerannya dengan keras, membuat Fadil yang tak siap bertahan langsung terperosok ke bawah tanah.
"Idih, cowok kok letoy, sih?" cibir Putri merotasikan bola matanya.
Fadil bangkit, menepuk pantatnya yang kotor. Pandangannya kemudian naik, membelalak tatkala sadar di mana posisinya sekarang berada. Dia menoleh pada Putri, terlihat kilat amarah dari netra wanita cantik itu menguar begitu jelas.
"Ngapain ke ruang BK, sih?" tanya Fadil pelan. Ia tak ingin sampai mamanya mendengar kalau sang putra ada di sini.
"Buat pengakuan!" Nada bicara Putri masih tinggi.
"Syut!" Fadil berdesis, mengangkat telunjuk kanan yang ia tempelkan di depan bibirnya. "Lo jangan keras-keras, dong, ngomongnya."
"Napa?! Masalah, hah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Teen FictionBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...