Sejak hari di mana ia melihat seseorang yang mirip dengan kenalannya di depan cafetaria klinik, Kaelyn merasa ia selalu berharap melihat orang itu lagi. Tiap datang, istirahat, maupun pulang, Kaelyn selalu menyempatkan diri melihat sekeliling klinik. Siapa tahu orang tersebut terlihat lagi dan ia bisa memastikan apakah dugaannya benar.
"Dok." Tora mengibaskan tangannya di hadapan Kaelyn, memastikan gadis itu sadar atau tidak.
"Ah, iya. Kenapa, Tor?" sahut Kaelyn gelagapan. Lagi-lagi ia melamun di sela-sela jadwal prakteknya.
"Dokter akhir-akhir ini sering ngelamun kayaknya. Lagi nggak enak badan, ya, Dok?" terka Tora.
"En ... enggak. Kurang tidur aja makanya suka nggak fokus," bohong Kaelyn. Tidurnya tidak bermasalah dan cukup. Yang bermasalah adalah kepalanya yang memikirkan siapa orang yang ia lihat di depan cafetaria beberapa hari yang lalu.
"Kirain Dokter nggak enak badan. Izin aja, Dok, kalau sakit. Daripada dipaksain," nasehat Tora.
"Iya-iya. Aku ke toilet dulu, deh. Mau cuci muka. Masih belum ada pasien baru kan?" Tora menggeleng.
Kaelyn menuju toilet khusus pegawai yang berada di lantai dua klinik, bersebelahan dengan musholla dan ruang istirahat. Kaelyn menggulung rambut panjangnya lalu membasuh wajahnya agar lebih segar. Beberapa kali Kaelyn menepuk pipinya, berharap ia bisa lebih fokus dan menghilangkan rasa penasarannya yang makin mengembang tiap harinya.
"Belum tentu itu dia, Kae. Jangan karena ini, kerjaan lo jadi berantakan," desak Kaelyn. Setelah merasa cukup, Kaelyn mengambil tisu untuk mengeringkan wajahnya. Kaelyn mendesah berat sebentar sebelum kembali ke ruang prakteknya.
Kursi tunggu di depan ruang prakteknya masih kosong, Kaelyn kira belum ada pasien baru. Kaelyn hendak membuka pintu ruangannya saat melihat seseorang yang berjalan cepat masuk ke dalam ruang praktek spesialis penyakit dalam. Kaelyn mengerjapkan matanya, menyadarkan dirinya yang sempat bengong melihat orang itu lagi. Sedetik kemudian Kaelyn hendak menyusul ke sana, namun tertahan karena pintu ruang prakteknya terbuka yang menampilkan sosok Tora.
"Dok, ada pasien baru. Udah aku suruh naik ke DU selagi nunggu Dokter."
Kaelyn menatap bergantian wajah Tora dan ruang praktek spesialis penyakit dalam yang berjarak dua ruangan dari tempatnya. Ia ingin sekali ke ruang praktek spesialis penyakit dalam untuk memastikan siapa orang itu, tetapi ia tidak bisa mengabaikan Tora dan pasiennya yang nampak kebingungan.
"Dok," panggil Tora. Kaelyn berhenti melihat liar dan terpaku pada Tora. "Dokter nyari sesuatu?"
"Nggak. Ayo ... masuk." Kaelyn memilih untuk memeriksa pasiennya daripada memuaskan rasa penasarannya. Bagaimanapun juga, ia tidak mungkin bertindak tidak profesional. Ia juga akan memancing rasa penasaran orang-orang jika menerobos masuk ke ruang praktek spesialis penyakit dalam begitu saja.
Setelah pasien ini selesai, lo bisa ke sana dan ngecek sendiri siapa orang itu, Kae.
Sayangnya niat Kaelyn tersebut harus ditunda karena setelahnya ada dua pasien lagi yang harus ia periksa. Kaelyn mengerang kesal dalam hati. Kenapa selalu saja tidak tepat waktu begini?
Kaelyn menutup mata sejenak dan menghembuskan napas pelan. Ia harus profesional dan bekerja dengan baik. Meskipun ia yakin tidak akan menemukan orang itu lagi di ruang praktek spesialis penyakit dalam, setidaknya ia bisa memeriksa nama pasien di daftar antrian penyakit dalam.
Setelah urusan dengan pasiennya selesai dan memastikan belum ada pasien baru lagi, Kaelyn bergegas menuju ruang praktek spesialis penyakit dalam yang pintunya tertutup. Ia berhenti di depan meja asisten yang terlihat kosong. Sepertinya sedang di dalam ruangan. Kaelyn segera memeriksa daftar antrian yang ada di atas meja. Matanya bergerak liar membaca dengan teliti satu persatu nama yang ada di sana. Sayangnya, hingga nama terakhir, tidak ada satu pun nama yang Kaelyn kenal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Voltar
Romance[Sequel of Amare] Biasanya di cerita romance novel, tokoh utama yang menjadi pihak tersakiti saat pasangannya masih bertaut dengan masa lalunya. Sayangnya di kisah hidupnya, Kaelyn tidak berada di posisi si tokoh utama yang tersakiti, melainkan sang...