Dua Puluh Tujuh

653 56 27
                                    

Pukul delapan pagi di hari sabtu yang cerah, suara bel terdengar nyaring di unit apartemen milik Kaelyn. Kaelyn yang masih rebahan di kasur sambil nge-scroll tiktok berdecak kesal. Siapa, sih, yang mengganggu hari liburnya yang tenang? Jarang-jarang Kaelyn bisa menghabiskan akhir minggunya di apartemen. Biasanya ia berada di Seminyak—di rumah Barra.

"Sebentar!" teriak Kaelyn. Ia mencari jepitan rambut lalu menjepit rambut panjang dan tebalnya itu asal. Kepalanya mulai menebak siapa yang berkunjung. Kalau sampai itu Teddy, ia akan mengomeli habis-habisan laki-laki itu. Teddy itu suka sekali muncul di depan pintu unitnya pada pagi hari, terkadang saat matahari masih mengintip malu-malu. Apalagi sejak Kaelyn setuju memberinya kesempatan—baru kesempatan, belum pacaran. Laki-laki itu akan menyampaikan beribu alasan jika ditanya kenapa datang pagi sekali. Paling banyak, sih, alasannya berkedok modus sekalian ngegombal.

Sayangnya Kaelyn salah. Bukan Teddy yang datang, melainkan Chlava dan Aero. Kalau begini, lebih baik Teddy muncul sebelum matahari terbit daripada bertemu pasangan ini.

"Hi, guys!" Senyum lebar terpaksa Kaelyn ulas di wajahnya. Tidak mungkin ia cemberut pada tamunya—sekalipun ia merasa terganggu didatangi.

"Kae, hang out bareng, yuk!" ajak Chlava tanpa basa-basi. Wajah gadis itu terlihat ceria dan bersemangat, sedangkan laki-laki disebelahnya hanya berdiri tenang dengan tangan yang masuk ke saku celananya.

"Hah?" Kaelyn butuh waktu memproses ajakan Chlava. Maksudnya Chlava ngajak mereka hang out bertiga? Ia, Chlava, dan Aero, gitu?

"Ki ... kita bertiga?"

"Iya! Kapan lagi kita hang out bareng, kan?"

Mulut Kaelyn hampir terbuka lebar saking tidak mengerti dengan isi kepala tunangan Aero ini. Kenapa Chlava suka sekali melibatkan Kaelyn dalam aktifitasnya bersama Aero? Lebih baik mereka pergi berdua saja sekalian kencan, tidak perlu repot-repot mengajaknya. Lalu Aero, kenapa laki-laki mau saja menuruti keinginan Chlava? Kaelyn tahu Aero itu tipe laki-laki yang bucin pada pasangannya. Aero akan menuruti apa saja yang diinginkan pasangannya—asalkan dalam batas wajar. Jangan bilang Kaelyn sok tahu karena ia sudah membuktikannya sendiri.

"Nggak papa gue ikut? Kalian nggak mau habisin waktu berdua aja sekalian kencan, gitu? Aero kan sering sibuk kerja, kalian pasti jarang punya quality time," kilah Kaelyn berusaha mencari alasan agar ia tidak perlu terjebak di antara pasangan kekasih ini.

"Kita nggak pergi ke tempat yang romantis, kok. Kebetulan besok bakal ada grand opening tempat wisata punya Om gue. Hari ini dia ngasih privilage ke keluarga sama beberapa kenalannya untuk nyobain duluan. Lumayan kan kita bisa ke tempat wisata yang baru dibuka tanpa takut bakal serame apa di sana? Gue yakin lo pasti suka," jelas Chlava menggebu-gebu. "Mas Aero juga setuju kita ke sana bareng. Ya kan, Mas?"

Aero mengangguk ringan. "Ikut kami, yuk, Kae. Lumayan buat ngelepas penat karena kerjaan."

Dua lawan satu. Kaelyn kalah jumlah. Kalau sudah begini, mau tidak mau, Kaelyn harus ikut. Kepala gadis itu mengangguk walaupun dalam hatinya berteriak kencang tidak mau.

"Ya udah. Gue siap-siap dulu. Kalian silahkan masuk."

Kedua tamu Kaelyn itu menunggu di sofa ruang tamu selagi Kaelyn bersiap-siap. Ingin rasanya Kaelyn berlama-lama di kamar mandi sampai kedua orang itu menyerah menunggunya dan memutuskan pergi tanpa dirinya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana nasib hatinya seharian nanti. Kaelyn masih belum imun meskipun sering melihat kebersamaan Aero dan Chlava. Hatinya tetap hancur dan terluka meski bibirnya tersenyum lebar.

Menyaksikan secara langsung kebahagiaan Aero bersama gadis lain ternyata belum cukup membuatnya melupakan Aero.

***

VoltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang