Lima Puluh

750 86 65
                                    

Parah ih, baru sehari votenya udah nyampe 46 wkwk. Btw komen di chapter sebelumnya pada pasrah ya😌

"Mbak Kae, tadi ada kurir datang. Katanya ini paket Mbak Kae," beri tahu wanita paruh baya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga Byakta. Kaelyn yang berada diambang batas kesadarannya karena sangat mengantuk hanya menggumam rendah.

"Mbak," panggil wanita itu lagi. Sebenarnya ia segan menganggu anak majikannya yang hampir tertidur itu, tapi kalau tidak dikasih sekarang, ia kemungkinan besar lupa nantinya. Maklum saja, faktor U.

"Tarok aja, Mbok," gumam Kaelyn tidak jelas karena ngelindur. Bisa dipastikan gadis itu tidak sadar sama sekali dengan apa yang ia katakan.

"Mbok tarok di atas meja rias, ya, Mbak." Wanita paruh baya itu meletakkan kotak berwarna emas dan hitam di atas meja rias Kaelyn. Kaelyn hanya membalasnya dengan gumaman. Gadis itu sangat mengantuk karena kurang tidur semalam. Paginya ia harus bekerja sampai sore. Makanya sepulangnya dari bekerja dan mandi, ia langsung tidur.

Sayangnya tidur Kaelyn harus rela diakhiri sejam kemudian. Kamarnya tiba-tiba kedatangan dua keponakan lucunya dan dua bocah itu loncat-loncat dengan semangat di atas kasur sambil memanggil Kaelyn. Kaelyn rasanya mau mengamuk tapi tidak tega. Kaelyn sangat menyayangi keponakannya, baik itu anak Jazmyn maupun anak Barra.

"Aunty, bangun!" seru Jazlyn—si sulung Jazmyn dan Garda. Bocah kecil itu masih semangat loncat-loncat sampai berhasil membangunkan tantenya.

"Angun!" beo Ghildan—anak kedua yang berumur dua tahun. Ghildan juga ikut loncat, tapi lebih sering jatuh karena loncatan sang kakak yang dahsyat bikin kasurnya bergoyang.

"Kiddo, stop!" erang Kaelyn dengan suara serak. Matanya dipaksa terbuka untuk menghentikan goyangan heboh di kasur ini. Bisa-bisa kasurnya jeblos kalau diloncati lama. "Aunty udah bangun."

"Kata Mama, sore-sore nggak boleh tidur," nasehat Jazlyn sok dewasa. Ia sudah berhenti loncat-loncat karena misinya sudah berhasil. Kini, ia duduk manis di sebelah Kaelyn. Ghildan tentu saja mengikuti kakaknya.

"Aunty ngantuk banget tahu," kata Kaelyn gemas. Ia mencium pipi masing-masing keponakannya. "Kalian kapan datang? Terus kenapa bangunin Aunty? Disuruh Oma, ya?"

"Baru aja. Kita bangunin Aunty karena mau buka hadiah," jawab Jazlyn.

"Adiah!" sambung Ghildan. Bocah laki-laki itu berseru antusias.

Hadiah? Hadiah apa yang dimaksud dua bocah ini? Emang dia punya hadiah?

"Hadiah apa? Emang ada yang ulang tahun?" tanya Kaelyn bingung.

"Itu." Jazlyn menunjuk meja rias, lebih tepatnya ke kotak berwarna hitam emas yang ada di atasnya.

"Loh, itu punya siapa?" Sesuai dugaan, Kaelyn tidak ingat kalau sejam yang lalu Mbok Wat meletakkan kotak itu di kamarnya.

"Punya Aunty lah! Kata Mama, kalau mau buka, nunggu Aunty dulu. Ayo buka, Ty." Jazlyn menarik-narik tangan Kaelyn, memaksa tantenya itu membuka kotak tersebut. Kaelyn yang masih linglung terpaksa menuruti mau keponakannya. Ia mengambil kotak tersebut dan mendapati namanya ditulis di sana. Jadi kotak itu memang ditujukan untuknya. Tapi pertanyaannya sekarang, siapa pengirimnya?

Kaelyn duduk di tengah kasur. Ia diapit oleh Jazlyn dan Ghildan yang sepertinya sangat penasaran apa isi kotak itu. Kaelyn juga penasaran, sih.

"Buka-buka!"

"Uka-uka!"

Sorakan Jazlyn dan Ghildan sangat bersemangat. Sudah macam pemandu sorak saja.

"Sabar, kid."

VoltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang