Pantai Nusa Dua, pukul enam pagi.
Hanya sebaris kalimat singkat yang Kaelyn terima sebagai balasannya menghubungi Teddy berkali-kali. Sejak kejadian di unit apartemen Aero, Kaelyn tidak lelah menghubungi Teddy. Ia merasa sangat bersalah pada laki-laki itu. Kaelyn bahkan sampai menyambangi kediaman Teddy selama laki-laki itu di Nusa Dua. Sayangnya hanya satu kata yang Kaelyn terima, penolakan.
Teddy mengabaikan semua pesan dan telepon yang Kaelyn kirim, melarang keamanan apartemennya menerima kedatangan Kaelyn, serta selalu menghindar dan kabur saat Kaelyn ke kantornya. Sebegitu besarkan kebencian laki-laki itu pada Kaelyn?
"Tentu saja, Bodoh. Lo udah nolak dia berkali-kali. Saat lo ngasih harapan, lo malah mengkhianati dia," rutuk Kaelyn pada dirinya sendiri.
Kini, penantian Kaelyn sudah berakhir. Meskipun hanya satu kalimat yang ia terima, Kaelyn senang. Lebih baik daripada tidak dibalas sama sekali. Teddy juga sudah mau bertemu dengannya, tidak lagi menghindar seperti waktu-waktu lalu.
Jam dinding menunjukkan pukul lima lewat empat puluh pagi saat Kaelyn keluar dari unit apartemennya. Sebenarnya jarak yang ia tempuh dari apartemen ke Pantai Nusa Dua tidak terlalu jauh. Sepuluh menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sana. Hanya saja, pagi ini Kaelyn terlalu bersemangat. Ia lebih baik datang awal daripada terlambat dan tidak menemukan Teddy di sana.
Sesuai dugaan, Kaelyn datang lebih cepat dari waktu janjian mereka. Keadaan Pantai Nusa Dua tidak terlalu ramai, meskipun tidak bisa juga dikatakan sepi. Ada beberapa pengunjung yang tersebar di beberapa titik. Keadaannya akan berbeda ketika sudah sore nanti karena tiap jengkalnya dipenuhi oleh manusia yang tidak bosan menikmati indahnya pantai serta matahari terbenam.
Langkah kaki Kaelyn membawanya ke bibir pantai. Ia belum melihat tanda-tanda kemunculan Teddy. Daripada bengong tidak melakukan apapun, lebih baik ia merilekskan diri sebentar. Gadis itu melepas sendal yang ia pakai lalu dijinjing dengan tangan kiri. Kaki telanjangnya bisa merasakan lembutnya pasir pantai yang dipadukan dengan air laut. Senyum Kaelyn terkembang. Hal kecil seperti ini mampu menenangkan hatinya.
Selain pasir dan air laut, sinar matahari yang menyorot malu-malu membuat suasana makin nyaman. Kaelyn menghirup dalam udara di sekitarnya. Energi positif terasa kuat saat ini, dan semoga akan terus begini ketika ia berbicara dengan Teddy nanti.
"Hai."
Sapaan seseorang membuyarkan Kaelyn dari kegiatannya. Ia buru-buru membalikkan badan dan mendapati Teddy berdiri dengan tangan yang dimasukkan ke saku celana pendeknya. Tubuh atletis Teddy dilapisi kaos polos berwarna coklat dan kakinya beralas sendal. Melihat Teddy yang berdiri di hadapannya dengan wajah datar membuat mata Kaelyn memanas. Tidak bisa ia pungkiri, ada rasa rindu yang menyelusup di dadanya ketika Teddy menjauh. Perasaan tidak terbiasa karena selama ini Teddy selalu ada untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voltar
Romance[Sequel of Amare] Biasanya di cerita romance novel, tokoh utama yang menjadi pihak tersakiti saat pasangannya masih bertaut dengan masa lalunya. Sayangnya di kisah hidupnya, Kaelyn tidak berada di posisi si tokoh utama yang tersakiti, melainkan sang...