Empat Puluh Tujuh

511 65 12
                                    

Chlava tidak bisa menahan senyum lebarnya. Ia sudah berusaha berperilaku senormal mungkin. Tapi sudut bibirnya terus saja berkedut, memintanya untuk tersenyum lebar setiap saat. Gadis itu tidak bisa membendung perasaan bahagia yang meluap-luap di dadanya.

Pukul sepuluh pagi, ia sudah berada di bandara Ngurah Rai. Tujuannya bukan untuk pergi, melainkan menjemput seseorang yang sangat ia tunggu kedatangannya.

Ya, menjemput Aero Chasel Alger. Tunangannya.

Kemarin secara tiba-tiba, ia dihubungi oleh Aero. Laki-laki itu tidak mengucapkan salam atau berbasa-basi terlebih dahulu. Aero langsung menyebutkan tujuannya menelepon. Memberitahukan kalau Aero akan kembali ke Nusa Dua. Chlava tentu saja senang bukan main. Ia sangat menantikan laki-laki itu kembali. Kepergian Aero ke Jakarta menyusul Kaelyn membuat Chlava sangat kecewa. Ia hampir saja menyusul Aero jika tidak ditahan oleh Teddy. Kata Teddy, sebaiknya Chlava menunggu Aero kembali jika tidak ingin lebih mengacaukan suasana. Teddy menjamin Aero pasti kembali ke Nusa Dua dan Chlava. Meski sempat ragu, kedatangan Aero pagi ini membuktikan perkataan Teddy.

Selain itu, ada satu kabar lagi yang membuat Chlava jauh lebih senang. Pernikahan mereka tetap dilanjutkan dan itu atas permintaan Aero sendiri. Chlava rasanya mau pingsan di tempat saat itu juga. Mendengar Aero yang mengucapkannya sendiri seperti sebuah mimpi. Chlava yang hampir putus asa jadi semangat kembali merajut impiannya yang hampir kandas itu.

"Bapak tunggu di sini aja. Pesawat Aero harusnya udah landing. Aku sendirian aja jemput dia," kata Chlava pada supirnya. Ia tidak diizinkan ayahnya menyetir sendiri.

"Baik, Non," jawab supir itu patuh.

Chlava melangkah ringan masuk ke bandara. Tujuannya yaitu pintu kedatangan. Sebenarnya Aero tidak memintanya untuk menjemput, menyebut berangkat jam berapa saja tidak. Tapi Chlava berhasil mendesak Aero menyebutkan jam keberangkatannya dan menjemput. Aero yang malas berdebat menuruti saja kemauan gadis itu.

Sebelum itu, Chlava sempat mengintip jadwal take off dan landing yang terpampang besar di beberapa titik. Chlava mencari pesawat dengan rute Jakarta—Bali, lalu melihat waktu landing-nya. Pesawat itu sudah landing sejak lima menit yang lalu. Chlava buru-buru menuju pintu kedatangan. Ia takut Aero sudah keluar dari sana dan memilih pulang duluan. Sia-sia usahanya ke bandara pagi ini menjemput Aero.

Dewi Fortuna sepertinya sedang berpihak pada Chlava. Tepat saat Chlava datang, batang hidung Aero terlihat. Chlava melambai semangat sambil sesekali memanggil Aero. Kondisi bandara yang cukup ramai membuatnya tidak menjadi pusat perhatian walaupun sedikit berteriak.

"Mas!" seru Chlava bahagia saat Aero berdiri dihadapannya. Ia langsung memeluk tubuh tegap itu erat. Ia tidak bertemu Aero selama hampir sebulan. Terhitung sejak kunjungannya dan kedua orang tuanya serta orang tua Aero ke unit apartemen laki-laki itu. Setelah itu, ia seperti tidak ada kesempatan menemui laki-laki yang berstatus sebagai tunangannya itu sampai ia mendapat kabar dari Teddy kalau Aero ke Jakarta untuk menyusul Kaelyn yang dibawa oleh orang tuanya.

"Kamu nggak perlu repot-repot jemput aku. Aku bisa pulang sendiri, Chla," kata Aero datar. Laki-laki itu membiarkan Chlava memeluknya, tapi tidak membalas.

"Aku kangen sama Mas Aero. Udah hampir sebulan kita nggak ketemu, tahu." Chlava mengerucutkan bibirnya manja. Gadis itu menjauhkan kepalanya dari dada Aero, tapi tangannya masih setia melilit tubuh tegap itu.

"Chla, kalau aja kamu lupa, sebelum ini kita berma–"

"Kita lupain aja apa yang terjadi di hari kemarin. Aku udah maafin Mas dan anggap apa yang kamu lakuin nggak pernah terjadi. Kita buka lembaran baru untuk cerita kita, ya?"

VoltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang