[Sequel of Amare]
Biasanya di cerita romance novel, tokoh utama yang menjadi pihak tersakiti saat pasangannya masih bertaut dengan masa lalunya.
Sayangnya di kisah hidupnya, Kaelyn tidak berada di posisi si tokoh utama yang tersakiti, melainkan sang...
Rambut panjang identik melekat dengan imej Kaelyn. Sejak Kaelyn berusia tiga tahun, ia tidak pernah berambut pendek. Rentang panjang rambutnya selalu dari punggung hingga pinggang. Tidak pernah lebih pendek atau lebih panjang.
Kata ibunya, Kaelyn punya rambut yang bagus. Lurus, tebal, berwarna coklat gelap, dan sehat. Berbeda dengan Jazmyn yang rambutnya mudah rontok kalau terlalu panjang. Karena alasan itulah rambut Kaelyn tidak pernah dipotong pendek, sayang katanya. Kaelyn juga tidak berminat memotong pendek rambutnya. Rambut panjang sudah jadi bagian dari dirinya. Pasti aneh rasanya kalau tiba-tiba rambutnya berubah pendek.
Rambut panjang Kaelyn tersebut juga dapat perhatian khusus dari Aero. Sejak delapan tahun yang lalu, awal mereka bertemu, potongan rambut Kaelyn selalu sama. Paling ada di suatu waktu ia mendapati rambut Kaelyn sedikit lebih pendek dari sebelumnya karena baru dipotong karena sudah terlalu panjang. Tapi tetap saja perubahannya tidak terlalu mencolok.
Penampilan Kaelyn yang selalu sama dari tahun ke tahun memancing rasa penasaran Aero. Bagaimana jika istrinya itu memotong rambutnya jauh lebih pendek dari yang pernah Kaelyn lakukan?
"Babe," panggil Aero yang membuat Kaelyn langsung menoleh. Mereka saat ini sedang duduk di bawah pohon rindang yang berada di taman belakang rumah mereka. Karpet digelar di atas rerumputan dan diletakkan beberapa cemilan dan minuman di atasnya untuk menemani mereka menikmati sore di weekend yang cerah ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hm?"
"Rambut kamu panjang banget." Aero mengusap pelan rambut Kaelyn yang sudah mencapai pinggang. Cuaca tidak begitu panas dan angin sepoi-sepoi yang bersemilir lembut membuat Kaelyn tidak perlu repot-repot mengikat rambutnya.
"Udah lama nggak potong rambut. Terakhir sebelum persiapan pernikahan kita, aku potong sepunggung," kata Kaelyn sambil mengingat-ingat kapan terakhir rambutnya disentuh gunting. Sejak menikah dua bulan yang lalu, ia sibuk mendalami peran sebagai istri sekaligus dokter gigi. Menjalankan dua profesi sekaligus membuat Kaelyn kurang mendapatkan waktu untuk dirinya sendiri. Mungkin karena ia masih dalam proses penyesuaian. Padahal Aero tidak menuntut Kaelyn harus melakukan ini-itu.
"Nggak mau dipotong?"
"Mau, tapi nggak tahu kapan. Nanti deh kalau aku udah gerah banget."
"Rambut segini panjang kamu masih belum gerah?" tanya Aero takjub. Ia saja kalau rambutnya sudah melewati telinga dan kerah baju tidak tahan ingin segera memotong karena merasa terganggu. Sedangkan istrinya ini, rambut sudah mencapai pinggang masih belum berniat memotong rambut?
"Gerah, sih, kadang. Tapi kalau udah dicepol tinggi, nggak gerah lagi. Kenapa emang? Kamu mau aku potong rambut?" tanya Kaelyn balik. Tidak biasanya Aero membahas rambutnya.
"Ya ... kalau kamu mau, sih. Dari pertama kita kenal, aku nggak pernah liat rambut kamu kurang dari sepunggung. Aku jadi penasaran kamu potong pendek rambutnya."