Tiga Puluh Satu

750 67 23
                                    

"Ci ... cinta?"

Suara Kaelyn tergagap. Ia tidak salah dengar kan? Aero masih mencintainya? Apa semua itu benar?

Aero mengangguk kuat. "Gue nggak pernah bisa lupain lo. Kadep Pengmas FKG yang berhasil nyuri hati gue dari pertemuan pertama."

Dada Kaelyn menghangat. Senyumnya merekah lebar. Tetes air mata kembali meluncur, kali ini disertai dengan tawa kebahagian keluar dari mulutnya. Ia merengkuh leher Aero. Memeluk erat laki-laki itu. "I love you, Ro. So much. Maaf baru bisa bilang itu hari ini. Harusnya dari dulu."

"I love you more," bisik Aero. Ia mengelus belakang kepala Kaelyn lembut. "Senang banget akhirnya bisa dengar tiga kata keramat itu dari kamu. Delapan tahunku nggak berakhir sia-sia."

Wajah Kaelyn memerah mendengar panggilan aku-kamu dari Aero. Ia sangat bahagia bisa bersatu kem ... tunggu! Ia tersadar akan satu hal. Kaelyn melupakan sesuatu yang sangat penting. Gadis itu cepat melepaskan rangkulan tangannya di leher Aero.

"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Aero bingung. Ia baru saja menikmati pelukan hangat setelah tujuh tahun penantian.

"Kalau kamu cinta sama aku. Bagaimana dengan Chlava?" Kehadiran Chlava sebagai tunangan Aero tidak bisa dilupakan begitu saja dan menjadi tanda tanya besar di kepala Kaelyn. Jika memang Aero mencintainya, lalu Chlava bagaimana?

"Soal Chlava ...." Aero menghela napas berat. "Ceritanya panjang. Kamu mau dengar?"

"Mau. Aku nggak mau berandai-andai dan kebingungan sendiri lagi. Aku mau dengar kejujurannya." Kaelyn menatap lamat mata Aero, memberi tanda bahwa ia siap mendengar semuanya.

"Oke. Aku bakal ceritain semuanya ke kamu. Gimana tanggapan kamu setelahnya, itu terserah kamu." Aero mengambil napas sejenak. Hanya keluarga serta tiga sahabatnya yang tahu alasan kenapa ia menjalin hubungan dengan Chlava. Kini ia harus buka suara pada gadis yang sangat ia cintai itu. "Setelah kita putus, aku nggak tertarik lagi jalin hubungan sama siapapun. Bisa dibilang aku mati rasa. Prioritasku hanya pekerjaan dan karir. Makanya setahun setelah lulus kuliah, aku langsung ambil magister di Stanford. Selain karena alasan karir, aku sengaja menjauh sejenak dari Jakarta supaya bisa lupain kamu. Walaupun sia-sia, karena sejauh apapun aku pergi, bayang-bayang kamu setia mengikuti."

"Maaf. Aku nggak tahu kamu sehancur itu," lirih Kaelyn.

"Kita sama-sama hancur, Kae. Jangan minta maaf lagi," pinta Aero lembut. "Ternyata selama aku menyelesaikan magisterku di Stanford, Pop merancang perjodohan untukku. Pop dan Mom tahu gimana terpuruknya aku setelah kita pisah. Oleh karena itu, mereka sengaja menghadirkan Chlava—yang merupakan anak sahabat Pop—dihidupku. Berharap kehadiran Chlava bisa gantiin kamu. Aku yang saat itu nggak tertarik lagi sama urusan cinta, setuju-setuju aja. Aku pesimis bisa balikan sama kamu. Mungkin sama Chlava adalah jalan terbaik. Dua tahun aku jalin hubungan sama Chlava, semuanya baik-baik aja. Kami udah merencanakan pertunangan dan pernikahan. Aku kira hidupku akan berakhir dengan Chlava, tapi Tuhan ternyata punya rencana lain. Kamu tiba-tiba hadir saat aku mulai mantap pada Chlava. Jujur, saat itu aku hampir goyah. Keberadaan kamu bikin aku pengen ngeraih kamu lagi. Kalau kamu ngerasa aku gencar dekatin kamu, emang aku sengaja. Aku berharap kesempatan itu masih ada."

"Lalu kenapa kamu nggak bilang, Ro? Kita ketemu cukup lama sebelum aku kenal Chlava dan kalian tunangan kan?" tanya Kaelyn.

"Karena aku merasa kamu masih nggak punya rasa sama aku, meskipun udah tujuh tahun berlalu. Di mataku, yang kita lalui bersama sejak kamu di Nusa Dua, layaknya apa yang dilalui teman biasa. Aku menyerah, lagi. Makanya aku milih lanjut sama Chlava, bahkan kenalin dia ke kamu. Demi Tuhan, kalau aku tahu kamu juga cinta sama aku, aku nggak mungkin kenalin kalian dan lanjutin hubunganku sama Chlava. Jujur, sampai saat ini, aku nggak berhasil numbuhin perasaan untuk Chlava. Yang aku lakuin ke dia hanya sebatas aku menghormatinya sebagai pasanganku. Hatiku selalu milik kamu, Kae."

VoltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang