Tiga Puluh Empat

710 66 15
                                    

Masih terekam jelas diingatan Kaelyn saat Aero mengatakan akan mengakhiri hubungannya dengan Chlava secepatnya. Sayangnya, sudah lewat sebulan lebih, belum ada tanda-tanda Aero mengatakan yang sebenarnya pada Chlava. Mereka berdua masih bertunangan. Beberapa kali Kaelyn menanyakan kapan Aero akan mengatakan semuanya, tapi jawaban Aero tidak memuaskan sama sekali. Laki-laki itu selalu mengatakan sedang mencari waktu yang tepat agar dampaknya tidak terlalu besar bagi mereka berdua.

Awalnya, Kaelyn masih bisa menunggu. Ia masih bisa bersabar dan percaya pada Aero. Namun, makin ke sini, hatinya mulai ragu. Keyakinannya mulai goyah. Perasaan optimis tentang hubungannya dengan Aero perlahan memudar, digantikan dengan pesimisnya ia akan keberhasilan hubungan mereka.

Sebenarnya tidak hanya Aero yang belum menyelesaikan hubungannya dengan Chlava, Kaelyn pun belum mengatakan apa-apa pada Teddy. Ia tidak mau menjauhi Teddy sedangkan Aero belum memberikan kepastian. Katakanlah ia egois, tapi sisi hatinya tidak mau melepas Teddy sebelum Aero benar-benar menjadi miliknya seutuhnya. Kaelyn takut jika nantinya ia malah kehilangan keduanya.

"Kamu udah bilang?" tanya Kaelyn saat ia, Aero, dan Chlava makan siang bersama. Teddy belum kembali dari Jakarta karena masalah pekerjaan. Chlava sedang ke toilet, makanya mereka bisa bebas berbicara.

"Chlava belum lama ini balik dari Spanyol, aku nggak mungkin langsung ngasih tahu dia, Babe. Pelan-pelan, ya." Aero mengelus pelan punggung tangan Kaelyn yang berada di hadapannya.

"Udah seminggu lebih, Ro, dan alasan kamu masih sama?"

"Kemarin aku diundang makan malam bersama keluarganya, kami video call sama nenek Chlava yang ada di Spanyol. Neneknya sangat bahagia saat melihatku. Aku nggak mungkin menghancurkan kebahagiaannya begitu saja. Aku mohon, bersabar sebentar lagi," pinta Aero. Bukan maksudnya terus menunda, tapi keadaan memang tidak memungkin. Kemarin ia sudah berniat membuka semuanya, tapi adanya nenek Chlava membuatnya mundur lagi.

"Lalu bagaimana denganku? Dengan kita?"

"Kita pasti akan bahagia bersama, aku janji. Kamu cuma perlu menunggu sebentar saja."

Kaelyn tidak membalas. Ia mengalihkan pandangannya. Tepat pada saat itu ia melihat Chlava keluar dari toilet. Kaelyn buru-buru menjauhkan tangannya dari Aero, kembali bersikap seperti keadaan awal.

"Ramai banget toiletnya," keluh Chlava setelah mendaratkan bokongnya di sebelah Aero.

"Pengunjungnya juga ramai," respons Aero sambil meminum sisa lemonade-nya.

"Habis ini anterin aku ke klinik Papa, ya, Mas. Tadi Papa nelepon, nyuruh aku ke sana. Kae, lo mau balik lagi ke klinik?"

"Nggak, jadwal gue udah selesai. Mau balik ke apartemen aja," jawab Kaelyn.

"Ya udah, balik sekarang aja. Aku juga harus ke kantor lagi."

Aero sempat mengelus pelan belakang kepala Kaelyn sebagai tanda berpamitan saat Chlava membayar makanan di kasir. Ia berbisik hati-hati lalu menjauhkan tangannya saat Chlava sudah selesai membayar. Setelah itu, mereka berpisah di parkiran. Aero dan Chlava menuju mobil Aero dan Kaelyn ke mobilnya sendiri.

🐼
Pulang dari kantor aku ke unit kamu.
Kita q-time.

Pesan dari Aero masuk saat Kaelyn sampai di unit apartemennya. Sejak mereka balikan, Kaelyn memutuskan mengubah nama kontak Aero di ponselnya. Ia takut ada yang melihat pesan yang dikirim Aero. Diubah jadi emotikon begitu, tidak ada yang tahu siapa yang mengirimnya pesan. Palingan orang-orang berprasangka itu kekasihnya, tapi tidak tahu siapa orang dibaliknya. Kenapa pilih emotikon panda? Tidak tahu, Kaelyn asal saja. Panda terlihat menggemaskan, sama dengan Aero di matanya.

VoltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang