Dua Puluh Dua

839 85 25
                                        

Chapter dua puluh satu tembus vote sampai 30an. Chapter ini juga ya!

Satu hal yang Kaelyn lupakan dan baru ia ingat ketika masuk ke ballroom Decade Hotel. Datang ke pertunangan Aero berarti bertemu dengan keluarga laki-laki itu. Tangan Kaelyn mendadak terasa dingin. Ia belum ... ralat, tidak sanggup bertemu kedua orang tua Aero. Kalau Aerilyn saja tidak apa-apa. Ayah dan ibu Aero? Tidak. Kaelyn tidak tahu nantinya ia harus bersikap seperti apa di hadapan orang tua mantan kekasihnya itu. Ia cukup dekat dengan dua orang itu, dulu. Bahkan sudah seperti orang tua kedua baginya. Menghadapi mereka dengan status yang berbeda membuatnya ketar-ketir sendiri.

Makin ia mendekati pintu masuk ballroom, rasanya makin berat langkah kakinya. Sialnya ia harus datang sendiri malam ini. Mikaela sudah datang duluan—karena gadis itu merupakan anggota keluarga. Tadi Kaelyn sudah mengirim pesan pada Mikaela kalau ia sudah datang. Mikaela menyuruhnya langsung masuk. Mereka bertemu di dalam saja. Padahal Kaelyn inginnya mereka bertemu di luar ballroom supaya Kaelyn tidak kikuk sendirian.

Kaelyn menghembuskan napasnya perlahan, menenangkan dirinya yang mulai gelisah. Datang sendirian membuat gelisah itu jadi double. Ini lah konsekuensi punya teman sedikit. Saat dibutuhkan tapi sang teman berhalangan, mau tidak mau harus dilakukan sendiri.

Di Nusa Dua, Kaelyn tidak berminat menjalin banyak pertemanan. Yang bisa dikatakan temannya bisa dihitung jari. Selebihnya hanya saling kenal dan bertukar sapa saat berpapasan. Tidak tahu kenapa rasanya ia malah bersosialisasi dengan orang terlalu banyak. Padahal saat di Jakarta dulu, ia termasuk golongan ekstrovert yang banyak kenalan.

"Boleh liat undangannya, Mbak?" Kaelyn menunjukkan undangan elektronik miliknya pada penjaga di depan pintu. Tampaknya acara pertunangan ini benar-benar eksklusif. Hanya orang yang memiliki undangan yang boleh masuk. Wajar saja, anak salah satu dokter sekaligus pengusaha ternama di Bali yang punya acara.

Setelah melewati penjaga di depan pintu, Kaelyn masuk perlahan ke dalam ballroom. Matanya bergerak cepat mencari Mikaela sekaligus waspada akan kehadiran orang tua Aero. Ah, Aerilyn juga tidak boleh ia temui. Jika ia bertemu Aerilyn, bukan tidak mungkin adik dari Aero itu menyeretnya menemui Liam dan Ghiana.

Hampir tiga menit Kaelyn mencari Mikaela tapi sahabatnya itu masih belum kelihatan wujudnya. Kaelyn sudah berusaha menghubungi gadis itu tapi yang terdengar hanya suara operator. Kaelyn berdecak kesal. Lebih baik ia tidak datang jika tahu ujung-ujungnya begini. Masa ia sendirian terus sampai acara berakhir? Yang akan bertunangan ini mantan kekasihnya, lho. Apa tidak terlihat sangat ngenes dirinya?

Saat Kaelyn sibuk berdumel dalam hati, seseorang menepuk bahunya dari belakang. Kaelyn segera berbalik dan siap mengomeli orang itu jika ia Mikaela. Sayangnya, itu bukan Mikaela dan Kaelyn kembali menelan kata-katanya saat melihat dua mata sipit menatapnya sumringah.

Orang itu adalah Haikal.

Sial! Kaelyn lupa. Bukan hanya kehadiran keluarga Aero yang ia lupakan, tapi para sahabat Aero. Kaelyn tidak kepikiran sama sekali kalau ia nantinya akan bertemu dengan tiga sahabat dekat Aero saat kuliah. Kaelyn meringis seraya melambaikan tangannya. "Hai, Kal."

"Kae! Ternyata gue benar, ini lo. Tadi gue ragu buat nyapa. Takut salah orang. Tapi ternyata emang lo. How's life?" Kaelyn dan Haikal terakhir bertemu saat hari wisuda dokter gigi Haikal. Laki-laki itu langsung pindah setelahnya. Ia jadi canggung sendiri karena sudah lama tidak berkomunikasi dengan laki-laki itu. Padahal sebelumnya mereka bisa dikatakan teman dekat.

"Good. How about you? Masih kerja di Palembang?" Kaelyn berusaha bersikap santai. Semoga saja Haikal tidak berpikiran macam-macam saat mendapati dirinya hadir di acara pertunangan Aero.

VoltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang