Sembilan Belas

755 58 13
                                        

Happy reading💜

Kaelyn dan Chlava sedang menikmati makan malam mereka saat Aero datang. Raut wajah Aero yang semula lesu berubah sumringah begitu mendapati makanan yang memang sengaja disisihkan untuknya. Tanpe tedeng aling, Aero segera mengambil posisi duduk di antara Kaelyn dan Chlava. Sekedar informasi, meja makan Aero itu berbentuk bulat dengan empat kursi mengitarinya. Kaelyn dan Chlava duduk saling berhadapan, otomatis kursi yang tersisa hanya di antara dua gadis itu.

"Mas, mandi dulu," tegur Chlava yang tidak suka Aero langsung makan tanpa membersihkan tubuhnya.

"Aku laper, Chla."

"Tapi makan kamu bakal lebih enak kalau udah mandi. Emang kamu nggak risih apa? Mandi, gih. Biar seger."

"Aku nggak risih, kok. Lagian aku nggak kotor, nggak bau. Aku abis dari ruangan ber-AC ini. Keringetan pun enggak," balas Aero bandel. Laki-laki itu siap menarik sepiring udang asam manis, tapi tangannya keburu ditahan oleh Chlava. Tampaknya Chlava tidak menyerah begitu saja.

"Mandi dulu," tegas Chlava. Gadis itu sampai berdiri dari kursinya, menarik lengan calon tunangannya.

"Laper," rengek Aero. Ia menggoyang pelan lengannya, berusaha meloloskan diri dari Chlava. "Abis makan aku langsung mandi. Janji."

"Nggak malu apa kamu ngerengek kayak gitu depan Kaelyn? Sana, ih, mandi. Bandel banget," decak Chlava sebal.

"Ngapain malu? Aku pakai baju, kok. Ya kan, Kae?"

Kaelyn yang tiba-tiba ditanya kelabakan sendiri. Ia sedari tadi memerhatikan interaksi pasangan itu. Sekilas kenangan masa lalu menyapanya. Ia ingat Aero pernah sesekali manja seperti itu pada dirinya dulu.

"Eh, itu ...."

"Nggak ada alasan, ya. Mandi!" Chlava menarik kuat lengan Aero sampai berhasil membuat laki-laki itu berdiri. Dengan kekuatan ekstra, ia mendorong tubuh Aero menuju kamar hingga masuk ke kamar mandi.

"Awas aja kalau nggak mandi. Jatah makanan kamu aku ambil," ancam Chlava sebelum menutup pintu kamar mandi.

"Tega!" pekik Aero dari dalam sama yang tidak dipedulikan Chlava. Gadis yang berusia dua tahun lebih muda dari Aero dan Kaelyn itu melenggang santai kembali ke meja makan.

"Maaf, ya, Kae. Kamu jadi lihat keriwehan kami," ringis Chlava setengah malu.

"Santai aja. Nggak papa, kok." Bohong. Mana mungkin Kaelyn bisa santai melihat kemesraan mereka?

Tidak butuh waktu lama untuk Aero mandi. Rambutnya setengah basah sebagai bukti pada Chlava bahwa ia sudah mandi, sengaja tidak ia keringkan sempurna. Aroma segar mint menguar begitu saja dari tubuh atletis laki-laki itu.

"Selamat makan!" Aero menyendok nasi dan sepotong udang setelah berdoa. Ia tidak memedulikan kenapa piringnya sudah terisi penuh oleh nasi dan lauk pauk. Hanya satu tujuan Aero, memuaskan dahaga cacing di perutnya yang sudah demo dari tadi.

"Kamu abis ketemu temen atau nguli, sih? Lahap banget makannya. Sampe nggak sadar piringnya diisiin orang. Mana nggak pake makasih pula," sindir Chlava.

Kunyahan Aero seketika berhenti. Ia menatap sebal gadis itu karena sudah mengganggu acara makannya. "Aku nggak makan di sana. Aku tahu kamu yang isiin piringku. Kebiasaanmu dari dulu, kok. Aku nggak perlu heran. Dan aku udah bilang makasih ke kamu," jelas Aero. "Dalam hati."

"Idih!"

"Ini masakan Kaelyn, ya? Nggak mungkin Chlava, sih. Unitku udah pasti kebakaran kalau Chlava yang mas– aw!" Aero menjerit ketika cubitan maut Chlava singgah di pinggangnya. Gadis itu menatap Aero tajam.

VoltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang