Tiga Puluh Sembilan

476 62 27
                                    

Masih ada nggak yg baca cerita ini? Chapter sebelumnya nggak kayak biasanya, sepi😔

"Mom, please. Aku tahu aku mengecewakan Mom, tapi aku mohon, tolong lihat Kaelyn di unitnya. Aku nggak akan bisa berpikir jernih untuk menyelesaikan masalah ini kalau masih kepikiran sama Kaelyn. Please, Mom," pinta Aero pada sang ibu sebelum tubuhnya didudukkan di ruang tamu oleh Liam—siap untuk disidang semua orang. Aero memberi tahu nomor serta password unit Kaelyn pada ibunya. Laki-laki itu yakin bahwa ibunya masih punya rasa kasihan dan sayang yang tersisa untuk gadisnya. Ia yakin dengan adanya Ghiana lebih baik daripada Kaelyn menangis sendirian di unitnya.

Melihat tatapan memohon sang putra membuat Ghiana tak kuasa untuk tidak mengangguk. Sebagai seorang ibu, masih ada sisa kepercayaan untuk sang putra. Ia yakin Aero melakukan semua ini bukan tanpa pertimbangan, meskipun yang Aero lakukan tidak dapat dibenarkan. Dengan alasan tidak sanggup melihat anaknya disalahkan, Ghiana pamit keluar pada suaminya yang diangguki oleh Liam.

Bukan tanpa alasan Liam mudah saja mengikuti kemauan Ghiana. Setelah kabar buruk ini mereka terima dari calon besan, kondisi Ghiana sempat drop karena memikirkan anak sulungnya. Wanita paruh baya itu susah makan dan istirahatnya tidak tenang. Segala hal mengenai anak-anak mereka memang mudah memengaruhi kondisi Ghiana. Makanya demi alasan kebaikan Ghiana, ia membiarkan Ghiana untuk tidak ikut menyelesaikan masalah ini. Yang Liam tidak tahu adalah alasan Ghiana yang sesungguhnya.

"Saya tidak terima anak saya diperlakukan seperti ini!" Kemarahan Alfredo tidak bisa ditahan lagi. Matanya menyorotkan emosi serta kekecewaan. Ia tidak percaya pengkhianatan seperti ini diterima oleh keluarganya dari sosok laki-laki yang selama ini mereka sanjung.

"Fred, kita udah sepakat dengar penjelasan Aero dulu," lerai Liam. Masalah mereka tidak akan selesai jika menuruti emosi kepala keluarga Columbi itu.

"Lo bisa tenang karena yang tersakiti itu anak gue, bukan anak lo. Biarin gue nyelesein masalah ini sama cara gue!"

"Tapi Aero anak gue. Gue bertanggung jawab dan punya andil untuk menyelesaikan masalah. Gue tahu Aero salah, tapi nggak ada gunanya kalau lo terus-terusan marah."

Melihat dua kepala keluarga itu saling beradu argumen, Aero akhirnya angkat suara. "Ini murni kesalahan Aero. Aero mengaku salah. Aero minta maaf."

"Kamu kira maaf kamu bisa menghapus luka di hati putri kami? Tante nggak nyangka kelakukan kamu aslinya begini Aero." Ester Columbi menggelengkan kepalanya kecewa.

"Ro, Pop pengen dengar penjelasan dari kamu. Kasih tahu kami apa alasan kamu berbuat sejauh ini." Liam menyela saat anaknya hendak membuka mulut. Kata maaf dari Aero tidak ada gunanya saat ini. Yang mereka butuhkan adalah penjelasan.

Aero menghirup napas dalam sebentar. Ia merasakan ada batu besar yang menghimpit dadanya. Ia menyesal sudah mengecewakan banyak orang, tapi ia tidak menyesal dengan keputusannya kembali pada Kaelyn.

"Pop tahukan gimana cintanya aku sama Kaelyn selama ini? Cuma dia yang berhasil bikin aku nggak ngerasain jatuh cinta lagi setelah kami berpisah. Kalau kalian mau tahu, alasanku menerima perjodohan dengan Chlava dulu karena aku sudah pasrah dengan hidupku. Aku nggak yakin bisa kembali sama Kaelyn, jadi aku terima siapapun orang yang ditawarkan orang tuaku. Bagiku, siapapun orangnya sama saja jika bukan dengan Kaelyn. Tapi demi Tuhan, dua tahun ini aku belajar menerima Chlava masuk dalam hidupku dan menyayangi dia seperti seharusnya. Aku berusaha, sekuat tenagaku, sayangnya rasa itu nggak pernah muncul. Yang aku rasakan ke Chlava tidak lebih dari teman. Makanya saat Kaelyn hadir kembali ... aku goyah dan akhirnya terpatahkan."

Semua orang di ruangan ini syok mendengar pengakuan Aero—bahkan Chlava sendiri. Tidak pernah terpikir oleh mereka jika apa yang terjadi sebenarnya seperti ini. Perilaku Aero yang terlihat baik dan menerima Chlava ternyata mengecoh mereka.

VoltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang