Bandara Ngurah Rai tampak ramai pagi ini. Banyak orang berlalu lalang dengan mendorong troli, menarik koper, atau hanya menemani kerabat mereka yang sebentar lagi akan meninggalkan pulau dewata. Diantara kerumunan orang-orang itu, ada Kaelyn dan Teddy. Mereka baru saja keluar dari mobil, berjalan menuju pintu keberangkatan dengan Teddy yang menarik sebuah koper kecil.
"Lo yakin nggak ada yang ketinggalan? Tiket, KTP, dompet, ponsel, sama barang-barang yang lain udah semua kan?" tanya Kaelyn memastikan Teddy tidak meninggalkan satupun barang pentingnya.
Teddy mengulas senyumnya. Ia senang mendapat perhatian sekecil apapun dari Kaelyn. Kebersamaan mereka hampir sebulan ini di Nusa Dua mulai membuahkan hasil. Kaelyn yang dulunya cuek dan membangun dinding pembatas di antara mereka, perlahan berubah. Gadis itu mulai terbuka dan tidak menghindarinya lagi. Tidak mudah memang. Apalagi beberapa kali ia sempat mendapati Kaelyn masih memikirkan dan menangisi Aero. Tidak apa. Semuanya butuh proses. Ia yakin, perlahan tapi pasti, ia berhasil menyusup ke dalam hati gadis cantik itu.
"Tenang aja, udah semua kok. Lo sendiri yang bantu gue cross check ulang."
"Buat mastiin aja, Ted. Kan ribet kalau ada yang ketinggalan."
Hari ini Teddy kembali ke Jakarta. Ada beberapa urusan pekerjaan yang harus ia selesaikan di kantor pusat. Pekerjaannya di Nusa Dua belum selesai, tapi ditunda sementara sampai urusan yang di Jakarta selesai. Sebenarnya Teddy berat meninggalkan Nusa Dua. Bukan karena pekerjaannya yang masih on progress, tapi karena Kaelyn. Hubungan mereka yang makin membaik membuatnya berat hati berjauhan dari gadis itu.
"Lo ikut gue aja, yuk, ke Jakarta. Sekalian pulang. Nggak kangen apa sama bokap-nyokap lo?" bujuk Teddy yang ntah keberapa kalinya. Sejak ia dapat perintah dari atasannya, Teddy berusaha membawa Kaelyn bersamanya. Ia tidak tenang meninggalkan Kaelyn di Nusa Dua, tidak tahu kenapa. Ia tidak ingin gadis itu lepas dari pantauannya.
"Gue kerja, Ted. Harus bilang berapa kali lagi, sih? Nggak semudah itu gue dapat libur dari klinik. Gue juga nggak bisa kabur gitu aja. Lagian lo bakal balik juga kan? Nggak usah belagak kayak kita pisah selamanya, deh. Lebay," omel Kaelyn. Ia memiliki tanggungjawab di Nusa Dua yang tidak bisa ia tinggalkan begitu saja. Meskipun Kaelyn sangat merindukan orang tuanya—hampir dua bulan mereka tidak bertemu karena kesibukan masing-masing—ia tidak mungkin meninggalkan pasien dan pekerjaannya begitu saja. Tidak profesional sama sekali dan itu bukan gaya seorang Kaelyn Queenthana Byakta.
Teddy merenggut diomeli Kaelyn. Bibirnya dimajukan. "Iya-iya. Janji, ya, jangan nakal. Gue usahain balik secepatnya."
Permintaannya mudah, tapi Teddy sangat berharap Kaelyn menepatinya. Mungkin ia takut Kaelyn kembali pada Aero karena mereka berada di lingkungan yang sama. Meski kalau dipikir-pikir lagi, itu tidak mungkin. Aero sudah memiliki tunangan dan Kaelyn berjanji mau membuka hati untuknya.
"Apa sih? Kayak anak kecil aja. Gue di sini cuma kerja. Hang out aja jarang. Lo tahu sendiri gue lebih suka di apartemen dan nggak punya banyak teman di sini. Jangan ngomong yang enggak-enggak deh," kata Kaelyn tidak suka.
"Iya-iya. Maaf. Jangan marah-marah. Gue mau pergi, nih." Teddy mengelus pelan puncak kepala Kaelyn. Dari hari ke hari, perasaannya untuk gadis itu kian membesar. Dulu, saat ia mengenal Kaelyn sebagai kekasih Aero, tidak pernah terpikir sedikitpun jika suatu saat ia akan jatuh hati pada gadis ini. Kaelyn memang cantik, semua orang tahu itu. Tapi apa yang ada dalam diri Kaelyn lah yang berhasil membuatnya menjatuhkan hati. Gadis baik hati dan berhati tulus yang menanggung penyesalannya seorang diri. Di mata Teddy, gadis itu begitu kuat meskipun ada saatnya ia berubah menjadi rapuh.
Kaelyn bergumam rendah. Ia mengecek jam dipergelangan tangannya. Hampir pukul sembilan.
"Udah mau jam sembilan. Sana, gih, masuk. Ntar mepet sama waktu boarding." Kaelyn tidak maksud mengusir, tapi nadanya sedikit ngegas. Efek masih kesal sepertinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Voltar
Romance[Sequel of Amare] Biasanya di cerita romance novel, tokoh utama yang menjadi pihak tersakiti saat pasangannya masih bertaut dengan masa lalunya. Sayangnya di kisah hidupnya, Kaelyn tidak berada di posisi si tokoh utama yang tersakiti, melainkan sang...