Thank you buat 57 vote di chapter sebelumnya. Seneng bgt:')
Yuk bisa yuk chapter ini lebih banyak vote sama komennya🙌🏻👀
Kaelyn rasanya ingin menghilang saat ini juga. Ia tidak sanggup menghadapi situasi dadakan seperti ini. Memang ia yang minta pada Aero untuk memperjelas semuanya, tapi tidak dengan cara seperti ini. Inginnya, mereka menyelesaikan semuanya dengan ngobrol baik-baik. Bukan karena kejadian tidak sengaja seperti ini.
"I ... ini apa maksudnya?" tanya Chlava terpatah-patah. Bibir gadis itu tampak bergetar, tidak jauh beda dengan tangannya yang berkondisi sama. Tepat di samping kaki gadis itu, ada sebuah kotak makanan yang isinya sudah berhamburan di lantai. Sepertinya bunyi tadi berasal dari kotak makan yang jatuh itu.
"Chlava ... Teddy," lirik Kaelyn. Ia bingung bagaimana menghadapi dua orang dihadapannya ini.
"Kamu ngapain sama Mas Aero, Kae? Kalian ... ngapain?"
Kaelyn meremas kuat kedua tangannya. Ia bingung harus menjawab apa. Tiba-tiba muncul rasa tidak tega saat melihat wajak syok dan terluka Chlava.
"Sepertinya memang harus aku katakan sekarang." Suara Aero memecah suasana. "Kamu benar, Kae. Semakin lama hal ini kita sembunyikan, akan semakin rumit. Aku mengulur waktu agar bisa menyelesaikannya dengan damai, tapi ujungnya malah begini."
Helaan napas Aero terdengar berat. Laki-laki itu menatap wajah Chlava, lalu beralih pada Teddy yang sedari tadi diam mematung di belakang Chlava.
"Chla ... Ted, aku tahu ini akan menyakiti kalian. Tapi kami nggak bisa menahan perasaan kami. Aku dan Kaelyn ... masih saling mencintai dan kami memutuskan untuk bersama kembali."
Perkataan Aero bagaikan sambaran petir di siang bolong bagi Chlava dan Teddy. Mereka berdua terkejut, lebih dari yang tadi. Tidak menyangka mendengar kalimat yang menyakitkan itu dari mulut Aero. Ingin hati menyangkal apa yang diucapkan Aero, tapi kepala Kaelyn yang senantiasa tertunduk seolah membenarkan apa yang Aero katakan.
"Maksudnya gimana, Mas? Kamu sama Kaelyn ... bukannya kalian berteman? Masih cinta apanya?" racau Chlava kebingungan. Ia tidak mengerti sama sekali dengan apa yang terjadi.
"Chla," panggil Aero dengan lirih. "Aku minta maaf kalau dari awal aku nggak jujur sama kamu tentang siapa Kaelyn. Aku ... bohong selama ini. Kaelyn bukan hanya sebatas teman masa kuliahku. Dia mantan pacar yang sampai saat ini masih aku cintai."
Dada Chlava seperti dihantam berkali-kali dengan batu besar. Tubuhnya kaku. Kerongkongannya tercekat sampai ia tak mampu mengeluarkan suara. Ia tahu Aero memiliki mantan kekasih yang sangat berbekas diingatan laki-laki itu. Tapi ia tidak menyangka kalau Kaelyn lah orangnya.
"Brengsek!"
Teddy tiba-tiba maju menerjang Aero, melepaskan satu bogemannya tepat di pipi Aero sampai Aero terhuyung jatuh. Kaelyn seketika menjerit keras. Ia bersimpuh di hadapan Aero, menghalangi Teddy yang hendak memukul Aero lagi.
"Berhenti, Teddy!"
"Lo janji, Kae." Suara Teddy bergetar dengan napas tersengal. "Lo janji bakal lupain dia dan ngasih kesempatan ke gue. Kenapa lo ingkar?!"
"Maaf, Ted. Gue nggak bisa bohongi perasaan gue. Sekuat apapun gue berusaha, gue nggak bisa lupain Aero," tutur Kaelyn dengan sesal. Matanya sayu, berharap Teddy mengerti meskipun yang ia lakukan tidak bisa dikatakan benar.
"Sialan!" Teddy pergi begitu saja. Suara debuman pintu terdengar keras beberapa detik kemudian. Kini, tersisa Kaelyn, Aero, dan Chlava di ruangan tersebut.
"Chla," panggil Aero cemas. Gadis yang berstatus sebagai tunangannya itu hanya berdiri dengan pandangan kosong. Aero takut terjadi sesuatu yang buruk pada gadis itu. "Chla."

KAMU SEDANG MEMBACA
Voltar
Romantika[Sequel of Amare] Biasanya di cerita romance novel, tokoh utama yang menjadi pihak tersakiti saat pasangannya masih bertaut dengan masa lalunya. Sayangnya di kisah hidupnya, Kaelyn tidak berada di posisi si tokoh utama yang tersakiti, melainkan sang...