"Jadi dia alasannya, huh?"
"Shut up, Teddy!" Kaelyn melempar tatapan tidak suka. Ia jengah melihat tingkah Teddy selama di restoran tadi.
"Kenapa lo marah? Gue nggak melakukan kesalahan apapun."
"Nggak melakukan kesalahan kata lo?" Kaelyn yang tadinya hendak ke kamar, berbalik menatap tajam laki-laki yang berdiri santai di hadapannya. Emosi Kaelyn makin tersulut melihat Teddy tidak merasa bersalah sama sekali. "Hampir mengatakan hubungan gue dengan Aero di masa lalu dan memancing dengan pertanyaan tidak penting. Itu yang tidak ada salah?"
"Dimana kesalahannya jika tunangan Aero itu mengetahui kalau kalian adalah sepasang mantan kekasih?"
"Tentu saja salah!" sentak Kaelyn. "Gue dan Chlava akan canggung jika Chlava tahu. Gue nggak mau itu terjadi. Menutupi hubungan gue dengan Aero di masa lalu adalah jalan terbaik. Hubungan kami sudah selesai dan biarkan itu tetap tinggal di masa lalu. Tidak ada gunanya menambah orang yang tahu bahwa aku dan Aero pernah berpacaran dulu. Lo ngerti?"
"Lo yakin hanya itu alasannya? Bukan karena lo takut nggak bisa dekat dengan Aero lagi jika tunangannya tahu lo adalah mantan Aero?" Salah satu sudut binir Teddy tertarik ke atas, menciptakan senyum miring yang menyebalkan.
Tangan Kaelyn mengepal kuat. Kenapa Teddy tahu alasan sebenarnya dibalik diamnya ia pada Chlava? Walaupun berat, Kaelyn akui alasannya tidak mengatakan siapa ia sebenarnya pada Chlava karena takut Chlava akan menjauhkannya dari Aero. Setelah percintannya karam, ia tidak rela pertemannya dengan Aero ikut karam. Bukan tidak mungkin Chlava melakukan hal yang Kaelyn takuti tersebut. Perempuan mana yang membiarkan tunangannya dekat dengan mantan pacar tunangannya? Hampir tidak ada. Kalaupun ada, biasanya diikut perasaan cemburu dan ingin membatasi interaksi keduanya.
"Kenapa diam? Gue benar kan?"
"Lo terlalu ikut campur." Kaelyn berbalik cepat. Ia harus menjauh sejenak dari Teddy. Jika tidak, semua yang ia sembunyikan rapat-rapat bisa terbongkar saat ini juga.
"Satu lagi." Langkah Kaelyn berhenti. "Pertanyaan nggak penting apa yang lo maksud? Tentang gue yang mau jadi pacar lo? Dari awal lo tahu kalau gue suka sama lo, Kae, tapi lo selalu denial. Perasaan lo untuk Aero nutup mata dan hati lo."
"Teddy, gue nggak mau bahas ini."
"Kita harus bahas ini. Sekarang. Saat ini juga," tekan Teddy. Ia melangkah lebar hingga berhenti tepat di belakang Kaelyn. Dengan gerakan lembut, ia memutar tubuh Kaelyn hingga menghadapnya sepenuhnya.
"Percuma. Akhirnya bakal sama."
"Enggak. Dulu, gue menyerah karena nggak lihat kesempatan. Tapi sekarang, kesempatan itu jelas ada di depan mata gue."
Kaelyn akhirnya setuju setelah didesak. Kini dua orang itu duduk berdampingan di sofa ruang tamu yang merangkap sebagai ruang santai. Kaelyn sedikit tegang saat ini. Ia tidak punya clue sama sekali tentang apa yang akan dibicarakan Teddy.
"Lepasin Aero."
Kalimat pembuka yang terlalu to the point, mengejutkan, sekaligus tepat sasaran. Mata Kaelyn sampai melebar mendengarnya. Ia kira Teddy akan mulai dengan basa-basi dulu.
"Gue sama Aero udah saling melepaskan sejak tujuh tahun yang lalu." Kaelyn mengalihkan pandangannya. Ia tahu maksud Teddy bukan itu.
"Lo tahu bukan itu maksud gue, Kae." Teddy menggenggam kedua tangan Kaelyn yang berada di paha gadis itu, lalu meremasnya pelan. "Lepasin Aero dari hati dan pikiran lo. Biarkan gue menggantikan posisinya."
"Ngelakuinnya nggak semudah cara lo ngucapinnya." Selain keluarga dan sahabatnya, Teddy satu-satunya orang asing yang tahu bagaimana perasaan Kaelyn pada Aero sampai saat ini. Laki-laki itu tidak sengaja tahu sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voltar
Romance[Sequel of Amare] Biasanya di cerita romance novel, tokoh utama yang menjadi pihak tersakiti saat pasangannya masih bertaut dengan masa lalunya. Sayangnya di kisah hidupnya, Kaelyn tidak berada di posisi si tokoh utama yang tersakiti, melainkan sang...