Tiga Belas

834 59 13
                                    

Belum tamat kok, masih panjang perjalanan cerita ini. Pantengin terus Amare 2 ya🤗💜

Hampir seminggu Kaelyn sedang memerankan peran menjadi penjahat yang bersembunyi dari polisi. Gadis itu selalu merasa was-was tiap keluar dari apartemen, takut bertemu dengan seseorang yang ia abaikan pesan dan panggilannya seminggu ini.

Yap, yang berperan sebagai polisi adalah Aero. Hampir setiap hari laki-laki itu menghubungi Kaelyn, bahkan datang langsung ke unit Kaelyn. Kaelyn diam saja ketika belnya berbunyi berulang kali. Ia membiarkan sampai Aero lelah dan beranjak pergi dari sana. Ia juga bilang pada resepsionis untuk tidak menerima tamu atas nama dirinya, takutnya Aero membawa orang lain dan bertamu atas diri orang itu agar bisa menemuinya.

Sebenarnya Kaelyn lelah main kucing-kucingan seperti ini. Ia harus pergi kerja lebih pagi dan pulang larut malam, meskipun jadwal kerjanya di klinik hanya sampai siang. Kaelyn menghabiskan waktunya duduk di kafe atau hang out bersama teman-temannya. Matanya juga selalu awas memerhatikan sekeliling, takut Aero ada di sekitarnya. Tanpa sadar hal itu membuatnya menjadi tertekan.

"Kaelyn!"

Langkah Kaelyn terhenti begitu namanya dipanggil oleh seseorang. Suara itu familiar di telinganya tapi ia tidak tahu siapa. Kaelyn menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati seorang gadis tersenyum lebar padanya.

Itu Chlava! Kaelyn meneguk air liurnya kasar berulang kali. Ia sudah lelah menghindari Aero, tapi kenapa malah bertemu tunangan laki-laki itu di klinik pada pukul tujuh pagi?

"Hai, Chla," sapa Kaelyn canggung. Ada sesuatu yang mengusik dadanya begitu mengingat gadis yang menghampirinya ini adalah tunangan Aero.

"Lo ngapain ke sini? Mau berobat? Kli–"

Kaelyn menggeleng cepat, memotong perkataan Chlava. "Gue kerja di sini, jadi dokter gigi."

Kepala Chlava otomatis mengangguk berulang kali bersamaan dengan mulutnya yang membulat. "Pagi banget lo datangnya. Klinik di buka jam delapan, kan?"

"Gue bangun kepagian," cengir Kaelyn. "Lo sendiri mau berobat?"

"Nggak. Mau ngambil ponsel gue yang ketinggalan di ruangan bokap." Chlava mengangkat tangannya, menunjukkan ponsel keluaran terbaru yang dibalut case berwarna milo.

"Bokap lo kerja di sini?" tanya Kaelyn penasaran. Pasalnya ia tidak pernah melihat Chlava sebelumnya di Klinik Columbi.

"Iya. Itu ruangannya." Chlava menunjuk salah satu ruangan dengan plang nama: dr. Alfredo Columbi, Sp. PD.

Mata Kaelyn melebar sempurna, baru menyadari sesuatu. Selain anak dari salah satu dokter spesialis di klinik ini, Chlava merupakan anak pemilik sekaligus direktur Klinik Columbi. Alfredo Columbi mendirikan klinik ini tiga tahun yang lalu dan menggunakan nama keluarganya sebagai nama klinik. Pantas saja Kaelyn merasa familiar dengan nama lengkap Chlava. Chlava Ariesta Columbi, princess keluarga Columbi yang sering jadi bahan gosip pegawai Klinik Columbi.

"Dokter Alfredo itu bokap lo? Pantesan nama belakang lo Columbi, ternyata anak pemilik klinik ini. Gue kira cuma sama aja." Tanpa sadar nada riang meluncur dari mulutnya, seperti ketika ia berbicara dengan teman-temannya. Akrab dan tidak canggung.

"Nggak usah berlebihan, deh." Chlava tersenyum malu. Meskipun sejak lahir ia sudah bergelimang harta, tapi Chlava sering tidak nyaman jika jabatan atau pun kekayaan keluarganya disebut-sebut.

"Berlebihan? Lo belum tahu aja kalau lo itu sering jadi bahan gosip pegawai sini. Apalagi yang cowok. Mereka nge-fans banget sama satu-satunya anak gadis Dokter Alfredo. Tiap hari pasti ada aja yang minta jadi menantunya Dokter Alfredo."

VoltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang