Extra Chapter: Kebaya

831 63 4
                                        

Aero tidak buang waktu lebih lama setelah Kaelyn menerima lamarannya minggu lalu. Ia segera membawa kedua orang tuanya ke rumah Kaelyn, melamar secara resmi dan mulai membicarakan pernikahan.

Maunya Aero, mereka langsung menikah saja. Tidak usah melewati acara-acara sebelumnya yang tentu memakan waktu dan tenaga. Namun ia dapat protes dari para tetua. Pernikahan ini merupakan pernikahan pertama di keluarganya dan pernikahan terakhir di keluarga Kaelyn. Mereka maunya semua dilakukan secara bertahap dan dipersiapkan secara matang. Aero yang kalah suara akhirnya menurut. Mau minta bantuan Kaelyn, tapi kekasihnya itu berada di pihak para orang tua.

Jadilah sore ini ia berada di salah satu butik ternama di Jakarta. Jika saat dengan Chlava dulu Aero melakukannya dengan terpaksa, sekarang tentu saja tidak. Meskipun ia maunya langsung nikah saja, ia tidak mungkin malas-malasan karena kali ini ia akan menikah dengan gadis yang ia cintai. Ia tidak ingin mengecewakan Kaelyn.

"Aku telat, nggak?" tanya Aero saat ia menghampiri Kaelyn dan Ghiana di salah satu ruangan khusus butik tersebut.

"Nggak kok. Aku sama Mom juga baru nyampe. Mau minum dulu, Ro? Kamu capek banget kelihatannya."

Kaelyn mengangsurkan sebotol air mineral yang masih tersegel. Wajah lelah kekasihnya kentara sekali terlihat, ia jadi kasihan dan merasa bersalah mengatur waktu fitting di hari kerja begini. Harusnya akhir minggu saja, saat Aero libur dari kerjaannya.

"Capeknya hilang habis lihat kamu," kerling Aero setelah meneguk air mineralnya. Kaelyn melotot lucu, takut gombalan Aero didengar oleh orang lain. Kan malu.

"Kita jeda dulu gombalannya, ya. Kalian fitting dulu," sela Ghiana sebelum Aero lanjut menggoda Kaelyn. Ghiana tahu persis bagaimana putranya itu jika bersama sang kekasih hati. Dunia serasa milik berdua, tidak peduli sedang di mana dan siapa di sekitarnya.

Aero jadi yang pertama fitting pakaian untuk acara tunangan mereka minggu depan. Batik berwarna nude serta celana bahan hitam melekat pas di tubuh tegapnya. Tidak ada protes yang Aero sampaikan karena pakaian itu sudah sempurna.

Selanjutnya giliran Kaelyn. Pakaian untuk acara pertunangan mereka jatuh para kebaya berwarna nude, senada dengan warna batik yang dipakai Aero. Pemilihan warna sendiri dilakukan oleh mereka berdua. Warna nude tergolong warna natural dan unisex, cocok dipakai laki-laki maupun perempuan.

Kebaya tersebut dipasang dengan hati-hati ke tubuh Kaelyn. Kaelyn takut kebayanya jadi rusak kalau ia terlalu brutal. Meskipun masih tunangan, tapi ia mau semua pakaian yang ia ataupun Aero gunakan meninggalkan kesan yang mendalam bagi mereka.

"Maa syaa Allah, cantik banget," puji Aero saat Kaelyn baru saja keluar dari bilik kecil di sudut ruangan. Senyum Kaelyn mengembang mendengar pujian kekasihnya itu.

"Beneran cantik? Kebayanya atau aku?" tanya Kaelyn ketika ia berdiri di hadapan Aero yang masih menggunakan batiknya.

"Dua-duanya dong, Cantik."

"Mulut kamu lentur banget ngegombal ya, Ro. Mirip sama Pop," kata Ghiana melihat kelakuan putranya.

"Buah nggak jatuh jauh dari pohonnya, Mom," balas Aero sambil cekikikan. "Tapi Kae emang cantik banget kok. Aku sampai pangling."

"Udah dulu ngobrolnya. Kita cek kebaya Kaelyn dulu, udah pas atau belum."

Tidak butuh waktu lama mengecek kebaya Kaelyn. Semuanya sudah pas, tinggal finishing saja. Sebelum
mereka melepaskan pakaian masing-masing dan kembali menggunakan pakaian yang tadi, Aero minta difoto dulu bersama Kaelyn. Untuk kenang-kenangan katanya.

Setelah dari butik, Aero dan Kaelyn berpisah dengan Ghiana. Ghiana kembali pulang sedangkan sepasang sejoli itu menghabiskan waktu berdua sambil mengisi perut. Aero mengeluh lapar karena tadi ia melewatkan makan siangnya.

VoltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang