Part 35

485 50 18
                                    

Assalamualaikum, happy reading:)

"Teruslah berbuat baik meski itu melelahkan, karena lelahnya akan hilang, sedangkan pahalanya insya Allah akan terus ada."

•Ustadz Hanan Attaki Lc

Selepas insiden kue donat yang beruntusan, Ara dan yang lainnya hanya bisa menghela nafas lelah. Sudah capek membuatnya, eh malah kasar gitu kuenya.

Daniel dan Kevin sama-sama memegang kue donat itu. Mereka memperhatikannya dengan teliti, seperti seorang ilmuwan yang sedang melakukan uji coba.

"Dahlah, mending kita makan aja," putus Kevin setelahnya.

Naufal langsung menahan tangan Kevin. "Jangan. Siapa tau ada bahan yang salah di kue ini. Lo mau sakit perut?"

Kevin menggeleng. Dengan berat hati, Ia pun menyimpan kembali kue donat itu di atas piring.

"Kita ke Aina aja yuk," ajak Athifa.

"Ayo."

Mereka berjalan beriringan menuju ruang tamu. Sesampainya di sana, mereka hanya menemukan Rafael yang sedang bermain handphone.

"Lah, Aina kemana?" tanya Fathin kepada Rafael.

Rafael melirik sekilas. "Di depan."

"Ngapain? Lo biarin dia sendiri ke depan? Diakan masih sakit. Benar-benar ya, lo!" cerocos Ara tanpa jeda dengan wajah yang menahan emosi.

Dia jadi naik pitam karena ulah Rafael. Sementara cowok itu, masih duduk tenang di tempat duduknya.

"Tadi, ada yang nelpon. Terus, dia ke depan. Karena menurut gue itu urusan privasi, ya gue biarin aja. Lagian, baru beberapa menit kok dia keluar." Rafael menyimpan handphone nya dia atas meja, kemudian berdiri.

"Mau kemana lo?" kini giliran Kevin yang bertanya.

Rafael menghela nafas pelan. Segitu buruknya kah ia dimata mereka? Sampai-sampai, mau melakukan sesuatu pun semuanya ditanya.

"Lihat Aina," jawabnya kemudian berlalu begitu saja.

Kepergian Rafael membuat tanda tanya di hati masing-masing. Entah Rafael yang sensitif, atau mereka yang terlalu posesif menjaga Aina.

"Menurut lo, disini yang salah siapa sih?" tanya Ara kepada Daniel yang berasa di sebelahnya.

Daniel nampak berfikir. "Kita dan dia."

Naufal duduk di sofa dengan lemah. Begitupun dengan yang lainnya. Sebenarnya, perut mereka keroncongan. Selepas pulang sekolah, mereka semua langsung ke rumah Aina.

Kevin memegang perutnya. "Laper nih."

"Gue juga," sahut Athifa.

"Laper ya?"

Mereka kompak menoleh, melihat siapa yang menyahut tadi. Ternyata, itu Aina dan Rafael. Tidak hanya itu, ada sekantong plastik berwarna hitam yang berada di tangan mereka berdua.

"Apaan tuh?" tanya Fathin basa-basi.

Meskipun ia tau itu makanan, tapi ia harus memastikannya terlebih dahulu. Takut penciumannya salah.

"Makanan," jawab Aina seraya mengangkat kantong plastik ditangannya lengkap dengan senyuman manisnya.

Mata mereka semua berbinar. Senyuman terbit di wajah masing-masing.

"Ah, peka banget sih yayang gue," pekik Kevin. Ia langsung berlari mengambil kantong plastik yang ada di tangan Rafael.

Daniel dan Naufal pun tak mau kalah cepat. Mereka berdua juga langsung berlari sambil dorong-mendorong.

AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang