Assalamualaikum para readers:)
"Seorang pria bisa tertawa dengan perempuan manapun. Tapi, pria sangat jarang menangis dihadapan perempuan.
Percayalah, jika pria menunjukkan sisi terlemahnya padamu, berarti kamu spesial di dalam hidupnya".•Author•
"Liat aja nanti. Siapa tau kita jodoh" ucap Rafael.
Ia memakai baju olahraganya dengan gerakan pelan.
"Ai, sekarang lo bisa balik badan. Gue udah pake baju" sambungnya.
Aina menurut. Ia membalikkan badannya, tapi dengan mata yang masih tertutup. Takut nanti Rafael berbohong.
Rafael jadi gemas sendiri melihat wajah Aina yang sangat imut itu. Perlahan, ia turun dari brangkar lalu berjalan mendekati Aina dengan langkah pelan.
Setelah ia sampai di depan Aina, ia tersenyum. Ia memberi kode Naufal agar tidak berisik.
Sedetik kemudian, Rafael sedikit membungkukkan badannya agar wajahnya sama tinggi dengan wajah Aina. Melihat Aina belum membuka matanya, senyumnya mengembang kembali. Ternyata, saat melihat Aina dengan sedekat ini wajahnya sangat cantik. Dengan bulu mata yang sangat tebal, alis tebal, dan bibir yang merah alami. Jantungnya jadi berdetak kencang. Ia langsung menepis fikiran nya yang sudah mulai belok
Dengan posisi yang masih sama, ia kemudian memajukan wajahnya 1 cm. Lalu,
Fyuuuh
Rafael meniup wajah Aina. Kalian jangan berfikir yang tidak-tidak ya. Mana mungkin Rafael mencium Aina. Mereka kan bukan muhrim. Walaupun sebenarnya Rafael ada niat sih. Ehh!
Aina langsung membuka matanya saat ada angin yang menerpa wajahnya dan sedikit air. Betapa terkejutnya ia saat melihat wajah Rafael sedekat itu.
Jadi, angin yang menerpa wajahnya berasal dari mulut Rafael? Dan, sedikit air yang menyetuh kulit wajahnya adalah air liur Rafael?
Dengan cepat, Aina memundurkan tubuhnya beberapa langkah. Tapi, karena rok sekolahnya panjang, ia menginjak ujung rok tersebut hingga membuat keseimbangan tubuhnya hilang.
Rafael yang sudah menduga Aina akan terjatuh, dengan cepat ia maju lalu menahan tubuh Aina. Ia menarik tangan Aina lalu memegang pinggangnya. Tapi usaha itu sia-sia. Karena ia juga ikut terjatuh dengan Aina karena kakinya yang terpeleset.
Brukk
Rafael jatuh di atas Aina.
"AAAAAAAAAA" pekik Aina. Ia langsung mendorong badan Rafael agar menyingkir dari atasnya.
Rasa sakit pada bokongnya tidak seberapa dibandingkan dengan hatinya. Ia rasa, Rafael tidak menghargainya selama ini. Padahal, ia sudah sangat sering mengingatkan Rafael agar jangan dekat dengan dia dengan posisi yang sangat dekat.
Ia kemudian berdiri, lalu membersihkan roknya yang kotor dengan air mata yang mengalir.
"Ai, lo nangis?" Tanya Rafael saat mendengar suara isakan kecil.
"Rafa, udah berapa kali sih aku ingatin kamu biar jaga jarak? Kenapa kamu masih nggak nurut?" Tanya Aina dengan suara bergetar. Air matanya terus jatuh dengan deras.
Rafael hanya diam. Rasa penyesalannya kini muncul. Ia sangat merasa bersalah. Padahal, Aina sangat sering menyuruhnya untuk menjaga jarak. Tapi, ia tidak menghiraukan itu.
Naufal berjalan ke arah pintu UKS. Ia melihat situasi di luar terlebih dahulu. Karena situasinya aman, sedetik kemudian ia menutup pintu lalu menguncinya. Ia ingin agar masalah ini selesai saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aina
Fiksi Remaja"Ai, jangan dengerin mereka ya," ucap Rafael lembut sambil menatap pucuk kepala Aina. "Ai?" tanya Aina. "Iya. Nama lo kan Aina, jadi gue manggil lo dengan sebutan "Ai". Dan hanya gue yang boleh manggil dengan nama itu," tegas Rafael. "Iya. Terserah...