Part 4

870 72 9
                                    

Assalamualaikum para readers:)

"Kata orang, untuk membuat dia jatuh cinta, gue harus buat dia tertawa. Tapi setiap kali dia tertawa, malah gue yang semakin jatuh cinta"

• Aldebaran Fathir Rafael

Rafael terus menatap Aina tanpa kedip. Hingga, suara Naufal membuyarkan semuanya.

"Natap aja teroooos. Sampai tuh mata dicolok sama sama Aina," kekeh Naufal.

Rafael menatap tajam Naufal.

"Lo apa apaan sih," kesal Rafael karena Naufal telah mengganggunya.

"Cieee, yang udah mulai buka hati untuk cewek lain," ledek Daniel sambil menoel-noel pipi kiri Rafael.

Karena merasa jengah, Rafael pun menyentak tangan Daniel
"Nggak usah pegang-pegang," tegas Rafael.

"Cieee, yang marah," ucap Kevin lalu tertawa

Mereka bertiga terus tertawa melihat wajah Rafael yang sudah merah padam antara menahan kesal dan malu.
Jarang-jarang muka Rafael begitu. Biasanya, hanya muka datar, tatapan tajam dan ocehan yang tidak jelas yang dilakukan oleh Rafael.

"Kalau mau kenalan, kenalan aja kali Raf. Nggak usah malu-malu gitu," ujar Naufal yang masih terkekeh.

"Bener tuh. Siapa tau, lo bisa jatuh cintahhh," sambung Kevin dengan nada lebay di akhir kalimatnya.

Mendengar ucapan yang lebay, mereka bertiga kompak memasang ekspresi jijik.
Diantara mereka berempat, Kevin lah yang sering mengucapkan kata-kata yang terbilang lebay.

"Sabarkan hati hamba ya Allah. kok bisa yak, gue punya sahabat yang lebay  nya over dosis kayak gini?" kata Naufal sambil mengelus dada.

"Jauhkan kami dari Kevin ya Allah," sambung Daniel.

Kevin? Ia langsung memasang wajah seperti orang yang sangat tersakiti. "Hati Dedek tersakiti," ucapnya yang mendramatisir dengan memegang dadanya.

"Bacot lo pada," ucap Rafael. Bisa stres dia kalau terus berada di samping Kevin.

Rafael pun segera berdiri. Ia baru ingin melangkah, tetapi tangan nya dicekal oleh Naufal.

"Mau kemana lo?" tanya Naufal.

"Kepo," ucap Rafael sambil melepaskan tangannya.

Rafael pun menuju ke meja Aina yang letaknya tidak jauh dari tempat duduknya.

"Hai," sapa Rafael.

Saat Aina sedang membaca novel, ia dikejutkan dengan suara dari samping nya. Ia pun segera mendongak melihat orang tersebut. Setelah itu, menundukkan kepala lagi.

"H-hai," ucap Aina gugup. Ia jadi teringat dengan ucapan sahabat barunya tentang Rafael.

"Nama gue Aldebaran Fathir Rafael, sering dipanggil Rafael," ucap Rafael sambil mengulurkan tangannya.

Aina pun segera berdiri menghadap Rafael dengan kepala yang masih tertunduk, dengan memangkupkan kedua tangannya di depan dada.

"Aina."

Rafael melihat tangannya yang menggantung di udara, dengan cepat ia  segera menurunkannya laku memasukkan ke dalam saku celananya.

"Kenapa?" Tanya Rafael. Ini sungguh ajaib menurutnya. Diluar sana, sangat banyak wanita yang ingin memegang tangan halusnya. Tapi, wanita di depannya ini tidak mau. Sok jual mahal pikirnya.

AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang