Part 46

352 49 119
                                    

Assalamualaikum, happy reading:)

Tidak ada seorang pun yang dapat merubah orang lain. Tapi, terkadang seseorang dapat menjadi alasan orang lain untuk berubah.

Terima dia dengan ikhlas, atau lepaskan jika memang menggenggamnya membuat mu sakit. Karena, mungkin kamu sedang menggenggam yang salah tapi tak mau melepaskannya.

"Yang buruk sengaja Allah lepaskan, agar yang baik mempunyai kesempatan untuk datang."

•Ali bin Abi Thalib•

Aina  sedikit mendongak lalu menatap sekilas mata Naufal. "Janji?" tanyanya dengan suara yang begitu lirih.

"Insya Allah," jawab Naufal lembut. Tapi begitu meyakinkan.

Aina menghapus air matanya menggunakan punggung tangannya. Sekuat tenaga ia menahan cairan bening agar tak jatuh lagi.

Ia akan berusaha mempercayai ucapan Naufal barusan. Tapi tidak seratus persen. Karena, ia takut dikecewakan untuk yang kedua kalinya.

Bukankah Allah Maha membolak-balikkan hati? Sangat mudah bagi Allah untuk membolak-balikkan hati. Yang dulunya sangat cinta, bisa berubah menjadi benci. Begitupun sebaliknya.

"Na," panggil Kevin. Aina menoleh.

"Ya?"

"Tetap semangat!" Ucap Kevin dan Daniel sambil mengepalkan tangannya ke depan. Memberi semangat kepada Aina disertai senyum yang begitu tulus.

Aina mengangguk tersenyum. "Makasih banyak udah nyemangatin aku."

"Sama-sama."

"Tetap gini ya Na, apapun yang terjadi kedepannya," celetuk Naufal tiba-tiba.

"Hm?" kening Aina berkerut. Ia kurang mengerti dengan ucapan Naufal yang terbilang ambigu.

Daniel dan Kevin yang mempunyai otak standar pun tak mengerti. Mereka berdua lebih memilih menunggu jawaban Naufal.

"Tetap tersenyum meskipun cobaan datang tanpa henti," jawab Naufal.

"Insya Allah."

Aina terdiam cukup lama setelah mengucapkan itu. Akankah ia bisa tersenyum kedepannya jika cobaan datang lagi?

"Allah... Sungguh, cobaan ini sangat berat bagi hamba. Cinta dan persahabatan hancur dalam sekejap. Mohon, tolong hamba...

Tolong lapangkan hati ini dalam menerima semua cobaan Mu. Buat hamba ridho, dan ikhlas menerima semua ketetapan Mu. Sungguh, hanya kepada-Mu lah hamba meminta jalan keluar." kata Aina dalam hati.

Untuk saat ini, ia hanya bisa berdoa. Mungkin secara fisik ia sudah tak menangis. Tapi, secara batin ia terluka begitu dalam.

"Masuk yuk," ajak Daniel kala mendengar bel masuk berbunyi.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Aina berjalan terlebih dahulu meninggalkan kantin yang sudah sangat sepi.

Naufal dan kedua sahabatnya berjalan pelan di belakang Aina. Mereka bertiga melihat punggung Aina yang terlihat rapuh dengan tatapan penuh iba.

Punggung itu nampak sedikit bergetar. Sepertinya, lagi-lagi Aina menangis tanpa suara.

Mereka bertiga kompak mengalihkan pandangannya. Naufal memalingkan wajahnya ke samping kanan ke arah lapangan. Kevin menundukkan kepalanya, dan Daniel menatap gelang persahabatan Nyang ada di tangannya. Mereka tak sanggup melihat Aina seperti ini.

AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang