Part 41

470 44 25
                                    

Assalamualaikum, happy reading:)

Dipersilahkan untuk menghujat Rafael:v

Hello😁 ada nggak nih, yang udah nggak sabar nungguin cerita Aina?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello😁 ada nggak nih, yang udah nggak sabar nungguin cerita Aina?

Acungkan tangan 🙋 dong yang udah nggak sabar:v

"Hal yang paling menyakitkan adalah, disaat orang yang kita cintai tidak menaruh kepercayaan sedikitpun terhadap kita atas apa yang terjadi. Bahkan, ada ungkapan penyesalan karena pernah saling mengenal."

•Aina Anindya Qonita Putri•

Vino dan Ghina saat ini sudah berada di perjalanan menuju kediamannya. Dari pemeriksaan kesehatan, alhamdulilah kondisi Vino sudah mulai membaik.

"Alhamdulillah, kondisi Ayah semakin membaik sekarang," ujar Ghina sembari tersenyum kepada Vino.

Vino menoleh. Senyuman pun terpancar di wajah tampannya. Ia menggenggam erat tangan Ghina, lalu mengecupnya. "Alhamdulillah. Makasih banyak udah mau ada disisi ku baik suka maupun duka," ucapnya tulus.

Ghina menatap lekat mata hazel milik Vino. "Sama-sama. Semoga, selamanya kita bisa bersama hingga di surga."

"Aamiin," balas Vino.

Ghina menyandarkan kepalanya di pundak Vino. Sangat nyaman rasanya berada di posisi seperti ini. Meskipun usia pernikahan mereka sudah lama, tapi itu tidak memudarkan rasa cinta keduanya.

Sekitar lima menit kemudian, suara ponsel terdengar. Ghina pun mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya.

"Siapa?" tanya Vino.

Ghina menggeleng. "Nggak tau, nomor baru."

"Angkat aja. Siapa tau penting," kata Vino.

Ghina menurut. Ia menekan panel hijau, lalu menempelkan ponselnya di telinga. "Halo, assalamualaikum."

"Wa'alaaikumussalam," jawab salam dari seberang sana.

"Maaf, ini dengan siapa ya?" tanya Ghina

"Maaf Tante, ini saya Naufal. Sahabatnya Aina."

Ghina melihat ponselnya sejenak. Lalu, ia menempelkannya lagi di telinganya. "Oh, iya. Ada apa ya?"

Belum ada jawaban. Terjadi keheningan selama beberapa detik. Kening Ghina pun berkerut. Ada apa? Pikirnya.

"Halo? Masi ada orang disana?"

Tak lama, terdengarlah suara Naufal.
"Iya Tante. Ini, eum anu. Itu..."

"Ada apa?" cela Ghina yang sudah mulai panik campur khawatir.

Perasaannya sudah mulai tidak enak sekarang. Bahkan, tangannya sudah berkeringat dingin.

"A-anu Tante. Aduh, gimana bilangnya ya," balas Naufal sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Di sebelah sana, ia jadi bingung bagaimana cara mengatakan kepada Ghina tentang kondisi Aina yang semakin memburuk.

AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang