Part 12

696 54 4
                                    

Assalamualaikum para readers:)

"Pengecut terbesar adalah pria yang membangunkan cinta seorang wanita tanpa bermaksud untuk balas mencintainya"

Aditya Naufal Agustin•

Mendengar penuturan Rafael, Aina hanya bisa terdiam. Ia tidak tau harus berkata apa. Karena, ia juga tidak bisa percaya begitu saja kepada Rafael. Bukan apa, ia takut jikalau Rafael hanya mempermainkan hatinya. Itu sebabnya, ia selalu membuat benteng agar hatinya tidak jatuh kepada orang yang salah. Selain itu, ia juga tidak mau jatuh cinta terlalu cepat.

"Kalau begitu, gue permisi. Assalamualaikum" Rafael pun berlalu meninggalkan ruangan yang menjadi hening.

"Wa'alaaikumussalam" jawab mereka.

Saat Rafael dan ketiga temannya sudah tidak terlihat lagi, ruangan yang tadinya hening, berubah menjadi heboh.

"Na, gue nggak salah denger kan?" Tanya Athifa heboh.

"Sumpah, demi apa Rafael bilang kek gitu? Dia nggak kerasukan setan cinta kan?" Cerocos Fathin.

"Asli, untuk pertama kalinya gue lihat Rafael deket dengan cewek terus ngebaperin cewek Na!" Ucap Ara heboh sambil mengupas buah mangganya.

"Paling, dia cuman bercanda aja" ujar Aina sambil memposisikan dirinya untuk duduk.

"Kayaknya, Rafael suka deh sama lo" papar Fathin sambil membantu Aina duduk.

"Iya Na. Gue mikir juga gitu. Karena selama ini, Rafael nggak pernah mau deket sama cewek" imbuh Ara.

"Udah deh. Nggak usah berfikir yang macem-macem" ucap Aina.

"Na, lo nggak jatuh cinta sama Rafael kan?" Tanya Athifa dengan tatapan menyelidik.

"Kamu ngomong apaan sih! Ya, enggak lah" tegas Aina.

"Ya, siapa tau kan" ujar Ara.

"Eh Na. Gue mau tanya nih" ujar Fathin sambil duduk berhadapan di brangkar Aina.

"Apa?" Tanya Aina

"Kenapa secepat itu lo bisa maafin Rafael? Dia kan udah keterlaluan banget sama lo"

"Ah, iya Na. Pertanyaan itu juga yang ada di otak gue dari tadi" imbuh Ara.

"Kalau gue jadi lo nih ya, gue nggak bakalan maafin Rafael" ucap Athifa menggebu-gebu.

"Nggak boleh gitu. Kita sebagai manusia, harus saling memaafkan. Allah aja, Maha Pengampun lagi Maha Pemaaf kepada hambanya. Masa kita yang hanya sebagai ciptaan nya, nggak mau maafin kesalahan orang lain" ucap Aina sambil menatap satu persatu sahabat nya.

"Iya juga ya. Ehh, tapikan-" belum sempat Fathin menyelesaikan ucapannya, sudah dipotong duluan oleh Aina.

"Nggak ada tapi-tapian. Allah aja, kalau mau mengampuni hambanya, dia tidak bilang 'tapikan, dosa kamu banyak'. Pasti Allah, langsung mengampuni hambanya, Jika orang itu benar-benar ingin bertaubat" ujar Aina.

"Tapi, rasanya gue kok susah banget yak maafin kesalahan orang lain? ucap Athifa sambil mengetuk-ngetuk dagu menggunakan jari telunjuk nya.

"Gue juga. Terutama, kesalahan mantan" gumam Fathin di akhir kalimat nya.

Aina mengerti dengan perasaan sahabat nya. Karena memaafkan kesalahan orang lain, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ia juga dulu seperti itu. Banyak usaha yang dilakukan oleh nya agar bisa secepatnya memaafkan orang. Ia pun berusaha meyakinkan sahabat nya.

AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang