Part 13

597 59 16
                                    

Assalamualaikum para readers:)

Jangan lupa vote and komen ya🙃

"Teruntuk kamu yang sering bercanda soal hati, tolong berhentilah. Karena hati bukan untuk dipermainkan. Kamu hanya bercanda dengan mengatakan hal-hal yang manis kepada kita, tapi dengan bodohnya kita menganggap ucapan itu serius."

•Author•

Di pagi yang cerah, matahari bersinar dengan terangnya. Sama halnya dengan Aina. Hari ini, akhirnya ia bisa bersekolah lagi setelah hampir seminggu ia terbaring lemah di rumah sakit. Ia berjalan di sepanjang koridor dengan senyuman yang tak pernah luntur. Meskipun ia murid baru, tetap saja ia selalu tersenyum hangat kepada setiap siswi yang dilaluinya.

"Assalamualaikum" salam Aina ketika sudah sampai di depan pintu.

"Wa'alaaikumussalam"

"Aina, akhirnya lo sekolah juga! Gue kangen banget sama lo" teriak Fathin lalu ia berlari untuk memeluk Aina.

"Na, rasanya sepi banget nggak ada lo" imbuh Ara yang juga kini memeluk Aina.

Fathin pun tak mau ketinggalan. Ia juga langsung berlari dan memeluk para sahabatnya. Jadilah mereka berpelukan ala Teletubbies. "Iya Na. Nggak ada lo, nggak ada juga yang ajarin kita tentang agama" tambah Fathin.

Aina terkekeh. Padahal, baru saja mereka bertemu dan jadi sahabat, ternyata mereka begitu sangat menyayanginya. Ia jadi terharu. "Udah dong pelukannya. Sesek nih" tutur Aina saat dia sudah sulit bernafas karena mereka memeluknya sangat erat.

Mereka sontak melepaskan pelukannya.
"Ehehehe, sorry. Bahagia banget soalnya lo bisa datang ke sekolah lagi" ucap Ara sambil cengengesan.

"Kita duduk yuk. Kasian Aina, dia baru aja sembuh. Jadi, nggak boleh kecapean dulu" ajak Athifa sambil menuntun Aina untuk segera duduk di kursinya. Mereka pun duduk bersama lalu bercerita tentang keadaan sekolah saat Aina tidak bersekolah.

                    Kring kring kring

Bel masuk sudah berbunyi. Kini, mereka semua sedang menunggu kedatangan Bu Mifta - Guru Matematika untuk masuk mengajar.

"Assalamualaikum anak-anak" salam Bu Mifta sembari meletakkan buku paketnya di atas meja.

"Wa'alaaikumussalam bu".

"Apa kabar semua?" Tanya Bu Mifta yang memegang spidol di tangan kanannya, dan tangan kirinya memegang buku.

"Alhamdulillah baik Bu". Jawab mereka dengan semangat.

Bu Mifta tersenyum melihat murid kelas XI IPA¹ yang sangat bersemangat. Murid di kelas ini memang terkenal dengan kepintarannya, kenakalannya, pemalasnya, kecerewetannya, humorisnya, semangatnya dalam mengghibah dan memaki, serta solidaritas nya yang tinggi.
Meskipun mereka anak IPA, tetapi kelakuan mereka melebihi anak IPS. Anak IPA yang biasanya terkenal dengan muridnya yang rajin, pintar, dan sopan santun. Tetapi, itu tidak berlaku di kelas ini. Justru, kelakuan mereka sebaliknya. Mereka sangat sering membuat guru-guru menjadi pusing. Mulai dari mulut yang tidak pernah berhenti untuk berbicara meskipun guru sedang menjelaskan di depan, siswa yang diam-diam makan di belakang, tidak mengerjakan tugas, tidur di jam pelajaran, tidak mengembalikan buku perpustakaan yang dipinjam saat jam pelajaran berlangsung, siswa yang sering terlambat masuk di kelas, dan masih banyak lagi. Karena kenakalan mereka, hampir semua guru tidak menyukai mereka.

"Assalamualaikum" salam seseorang yang baru datang bersama ketiga sahabatnya.

"Wa'alaaikumussalam".

AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang