Part 19

495 38 2
                                    

Assalamualaikum para readers:)

"Bukannya aku pemilih. Hanya saja, untuk menuju surga aku butuh kapten yang paham jalurnya"

•Aina Anindya Qanita Putri•

"Ternyata, banyak banget ya bukti-bukti kebesaran Allah yang tertulis di dalam Al Qur'an yang terjadi di bumi" gumam Rafael dengan kepala tertunduk. Bodohnya, ia baru mengetahui sekarang.

Seperti halnya dengan Rafael, yang lainnya juga ikut merenung tentang kebesaran Allah. Mereka sangat pintar dalam pelajaran Fisika, Matematika, Kimia, Biologi, dan yang lainnya, tapi mereka sangat bodoh dalam urusan agama.

Baru detik ini, mereka tersadar. Bahwa mereka hanya Islam diatas KTP saja. Hal-hal yang yang masih kecil saja dalam Islam mereka tidak tau. Bahkan, mereka melalaikan kewajibannya sebagai hamba.

"Dan bodohnya, kita baru sadar akan tanda-tanda kekuasaan Allah" lirih Naufal.

"Na, kenapa nggak dari dulu aja kita ketemu sih? Kenapa baru sekarang?" Ucap Ara lirih, seraya menangis. Kini wajahnya sedikit sembab karena air mata yang terus mengalir.

Fathin dan Athifa juga begitu. Air mata mereka mengalir tanpa bisa dicegah. " Iya Na. Kalau aja dari dulu kita ketemu dan bersahabat, pasti kita udah tau banyak hal tentang Islam" lanjut Fathin.

Athifa hanya mengangguk mengiyakan. Ia tidak bisa berkata-kata lagi. Ia merasa gagal menjadi seorang hamba Allah.

Daniel yang tadinya menunduk merenung, kini ia mengangkat kepalanya lalu menatap Aina.

"Aina" panggilnya.

"Ya?"

"Gua mau nanya, kenapa nggak semua manusia beriman kepada Allah? Padahal, sudah sangat jelas tanda-tanda kekuasaannya yang terdapat di bumi".

Kevin pun mengangguk. "Seperti kita contohnya" sambungnya.

"Karena, semua sudah ditentukan oleh Allah SWT. Jika Allah menghendaki, niscaya akan terjadi apa yang ia mau. Ini sangat sesuai dengan firman Allah yang artinya:

“Dan jikalau Rabbmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (QS. 10:100)”(Yunus: 99-100).

Mereka semua mengangguk paham. Rasa kagum mereka terhadap Aina semakin besar. Begitu banyak hal yang ia tau tentang agama.

"Na, kok lo tau banget sih tentang agama? Lo pernah mondok?" Tanya Athifa seraya memainkan botol minumannya.

"Enggak. Dari kecil, aku udah diajar ilmu agama sama keluarga" jawab Aina.

Dari kecil, ia memang sudah diajari agama Islam. Bahkan, saat ia berusia 6 tahun, ia sudah memakai jilbab. Baik kedua orang tuanya ataupun kakek dan neneknya selalu menceritakan kisah-kisah Rasulullah dan sahabatnya.

Jadi tidak heran, kalau ia lumayan banyak mengetahui hadits. Kalau Al Qur'an, ia hampir menguasai hampir 30 juz beserta artinya. Karena, setiap hari ia menyetor hafalan kepada mereka.

"Lo mah, enak. Dari kecil dapat diperhatikan sama keluarga. Bahkan diajar agama. Lah gue, bokap nyokap pada sibuk sama kerjaan. Jadi mereka nggak sempet ngajarin gue agama" keluh Fathin dengan muka lesu.

Baik Naufal, Daniel dan Kevin, mereka sama-sama menyetujui ucapan Fathin. Karena mereka juga mengalami hal yang serupa.
"Sama. Kita-kita juga gitu. Itu makanya kita setiap hari ke rumahnya Rafael. Karena disana kita dapat perhatian lebih dari mama Rina". Lirih Kevin.

AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang