Part 47

563 52 101
                                    

Assalamualaikum, happy reading:)

"Terkadang, kita kuat karena dipaksa oleh keadaan. Dan kita ikhlas, karena dipaksa oleh kenyataan:)"

•Anonym•

Jedar!

Hati Aina begitu hancur saat ini. Bagaimana tidak, terlalu banyak kenyataan pahit yang harus ia terima untuk hari ini. Pertama, mengetahui hubungan Rafael dengan Jihan. Kedua, persahabatannya hancur. Dan yang ketiga, ucapan terakhir Rafael berhasil meluluhlantakkan hatinya.

"Mengapa sesakit ini ya Allah?" jerit Aina dalam hati. "Baru beberapa jam hamba meminta kepada-Mu untuk melupakan Rafa secepatnya. Tapi, nyatanya hamba tidak bisa membohongi diri ini sendiri. Hati ini masih terpaut padanya. Hamba masih mencintainya."

Aina menangis sesenggukan dengan kepala yang masih tertunduk. Baru saja Aina ingin menoleh menatap Rafael, suara Naufal menghentikan pergerakannya.

"Jangan menoleh ke belakang," titah Naufal. Ia tau persis bagaimana perasaan Aina saat ini.

Daniel menatap tajam ke arah Rafael. Apakah pria itu tak memikirkan bagaimana hancurnya perasaan Aina?

"Gue harap, setelah ini lo nggak akan nyesel dengan semua perkataan dan perbuatan lo pada Aina," tekan Daniel.

Kevin menatap Aina dengan penuh iba dan kasih sayang. Ingin sekali rasanya ia bertukar posisi dengan wanita disampingnya yang masih menangis sesenggukan.

Sungguh, jika ia bisa bertukar posisi, ia akan melakukannya detik ini juga. Sudah terlalu banyak rasa sakit yang dirasakan oleh Aina. Mulai dari penyakitnya, percintaannya, hingga ke persahabatannya.

"Aina," panggil Kevin lembut.

Aina menoleh. Matanya sudah sangat sembab. Hidungnya memerah, dan jilbabnya kotor karena terkena lemparan penghapus papan tulis tadi.

Demi apapun, Kevin sangat tidak tega melihat Aina saat ini.

"Bismillah, lo kuat! Lo pasti bisa hadapi semua masalah ini," seru Kevin memberi semangat.

Ia harap, semoga Aina dikuatkan hatinya dalam menghadapi semua cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Ia memang tak bisa membantu banyak. Tapi, ia berjanji untuk selalu berada disamping Aina apapun yang terjadi.

Aina tersenyum tipis. "Makasih."

"Ayo," ajak Naufal agar mereka segera meninggalkan kelas. Ia sudah muak melihat semuanya. Terutama Rafael.

Baru beberapa meter melangkahkan kakinya di koridor, mereka sedikit terkejut dengan tatapan semua siswa yang mengarah pada Aina dengan tatapan berbagai macam. Ada yang menatapnya penuh benci, jijik, dan sinis.

Sedetik kemudian, lagi-lagi Aina dilempari sampah. Bahkan, ada yang melemparinya telur. Dengan sigap, ketiga pria yang berada di samping Aina langsung menjadikan tubuhnya sebagai tameng.

"LO SEMUA BISA BERHENTI NGGAK SIH!" teriak Naufal. Ia tak mempermasalahkan pakaiannya yang sudah kotor. Tapi, ia khawatir dengan Aina. Mungkin, secara fisik luka Aina tidak terlalu besar. Tapi, adakah yang tau sedalam apa lukanya secara batin?

"Sekali lagi gue lihat kalian gangguin Aina dalam bentuk apapun itu, habis lo semua!" ancam Kevin. Wajahnya bahkan tampak memerah karena menahan emosi yang sedari tadi ia pendam.

Daniel lebih memilih menyampingkan emosinya. Tangan kanannya terangkat untuk membersihkan kulit telur yang menempel pada kepala Aina.

"Nggak papa, ada kita yang jagain lo," bisik Daniel.

AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang