Assalamualaikum para readers:)
"Jika kalian mencintai seseorang, sebutlah namanya didalam doa. Sesungguhnya Allah maha membolak-balikkan hati. Jika Allah berkehendak, in shaa Allah kalian akan bersama di waktu yang tepat".
•Author•
Wajah Rafael seketika jadi datar. Masalah hatinya belum terselesaikan, kini bertambah dengan kegoblokan Kevin.
"Terserah lo aja deh mau bantuin dia apaan," ucap Daniel dengan pasrah.
"Skuylaaah kita ke sana," ajak Rafael. Ia berjalan terlebih dahulu dengan langkah pelan. Agar wanita itu tidak menyadari kehadiran mereka.
Jarak mereka kini sudah sekitar satu meter lebih. Dengan jarak yang dekat, mereka sudah bisa mendengar suara wanita itu dengan jelas. "Gue benci diri gue sendiri!" teriak wanita itu.
"Buat Anda yang benci diri sendiri, ingat Anda tidak sendiri. Di luar sana banyak yang benci Anda juga". Celetuk Naufal dari belakang.
Wanita itu berbalik badan dan mendapati empat orang pria dengan wajah yang sangat tampan sedang berdiri cool dibelakangnya.
"Hiks hiks, lo jangan terlalu jujur," kata wanita sambil menangis tersedu-sedu. Mengapa empat pria itu begitu aneh? Harusnya mereka membujuk agar dirinya tidak jadi bunuh diri. Lah ini, ia malah mendapatkan kata-kata yang pedas.
"Emang bener kok kata sahabat gue. Lo pasti pengen bunuh diri karena lo dibenci banyak orang kan? Terus lo sering di bully, hidup missqueen, utang dimana-mana dan yang paling mendominasi itu, lo jomblo karatan kan? Ngaku aja deh! Gue udah hafal banget karakter orang yang mau bunuh diri kayak lo". Beber Kevin tanpa jeda.
Rafael dan Daniel melongo. Mulut Kevin ya Allah, minta diruqiyah kali ya? Orang mau bunuh diri, harusnya diberi motivasi. Lah ini, malah dikata-katain. Tambah stres dah tuh cewek.
Tangis wanita itu semakin pecah. Perkataan Kevin sangat menohok hatinya. Meskipun kenyataannya, itu memang benar adanya.
"Lo tuh ya, ganteng-ganteng tapi mulut pedas. Dalam sehari, berapa kilo sih lo makan cabe?" tanya wanita itu kesal. Ia menghapus air matanya dengan kasar.Kevin menyilangkan tangannya di depan dada. "Penting banget gue jawab? Lagian, kenapa sih lo bertanya dalam sehari berapa kilo gue makan cabe? Lo jualan cabe?" Tanya Kevin.
Rafael dan yang lainnya kompak menahan tawa. Pertanyaan Kevin sangat tidak bermutu. Lihatlah wajah wanita itu. Wajahnya sudah memerah. Ekspresinya antara kesal, marah, dan ingin tertawa tercampur menjadi satu.
"Kalau lo jualan cabe, gue beli dong. Kayaknya, cabe dirumah udah abis deh" ucap Daniel sembari mengeluarkan uang yang berada di dalam dompetnya.
"Nih, uang DP-nya. Gue saranin yah, sebelum bunuh diri, lo bayar dulu gih utang lo. Kasian orang yang pinjemin uang ke lo kalau lo bunuh diri tanpa bayar utang dulu. Nanti dia makan apa coba? Kebutuhannya tuh banyak," tambah Daniel. Ia menyodorkan uang merah beberapa lembar kepada wanita itu.Wanita itu menunduk. Ia menatap uang itu dengan nanar. Air matanya mengucur deras membasahi pipinya. Miris banget sih hidupnya.
Ia mendongak lalu berkata, "kok kalian lebih mikirin hidup orang yang pinjemin uang dari pada gue sih?".
"Emang lo siapa yang harus dimikirin?" Rafael bertanya balik.
Pertanyaan yang benar, tapi sangat menyakitkan. Hati Rafael sudah terpengaruh dengan Kevin. Jiwa nyinyir nya pun timbul ke permukaan.
"Ish, kalian tuh nggak ada simpatinya banget sih!" ketus wanita itu. "gue tuh mau bunuh diri--"
"Ya terus kalau lo mau bunuh diri, kenapa?" potong Naufal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aina
Подростковая литература"Ai, jangan dengerin mereka ya," ucap Rafael lembut sambil menatap pucuk kepala Aina. "Ai?" tanya Aina. "Iya. Nama lo kan Aina, jadi gue manggil lo dengan sebutan "Ai". Dan hanya gue yang boleh manggil dengan nama itu," tegas Rafael. "Iya. Terserah...