Part 16

557 44 9
                                    

Assalamualaikum para readers:)
Jangan lupa vote and komen ya

"Dia yang mencintaimu, akan melarang mu berbuat dosa."

•Ali Bin Abi Thalib•

Aina terus berjalan tanpa mempedulikan teriakan dari Rafael. Ia ingin cepat-cepat agar bisa sampai di kelas. Ia sudah sangat risih mendengar teriakan Rafael.

"Assalamualaikum" salam Aina ketika sudah memasuki kelas.

"Wa'alaaikumussalam" jawab beberapa siswa yang sedang bertugas membersihkan kelas.

Aina langsung saja mendaratkan bokongnya ke kursi lalu membaca novel yang sengaja ia bawa untuk mengisi waktu kosong. Ia ingin melupakan sejenak perkataan Rafael yang tidak masuk akal menurutnya.

Baru beberapa menit ia membaca, ada seseorang yang langsung merampas novel di tangannya. Aina pun mendongak guna melihat siapa orang tersebut. Tatapan matanya bertemu dengan mata hazel hitam yang teduh milik Rafael. Tapi itu tidak bertahan lama, karena Aina langsung menundukkan kepalanya seraya beristighfar dalam hati.

"Masih pagi-pagi udah baca novel" ucap Rafael sambil membaca cover yang tertera di sana. Ia kemudian mundur sedikit untuk menjaga jarak, agar tidak diusir oleh Aina.

"Daripada kamu, masih pagi-pagi udah gangguin orang" ucap Aina jutek.

Rafael menatap Aina sejenak"Perasaan, dari tadi gue nggak gangguin orang tuh" ucapnya dengan santai.

Aina terkejut mendengar penuturan Rafael. Bisa-bisanya dia tidak dianggap sebagai manusia. Terus dia dianggap apa? Hantu?

"Terus, kamu anggap aku apa ka-" belum selesai ia bicara, sudah dipotong duluan oleh Rafael.

"Lo mau gue anggap apa? Pacar?" Tanya Rafael sambil menaik turunkan alisnya

"Ishhh bukan gitu. Kenapa ucapan kamu jadi ngelantur gini sih? Dengerin dulu makanya yang mau aku bilang ihhh" ucap Aina sambil mengerucutkan bibirnya

Rafael sudah mati-matian untuk menahan tangannya agar tidak mencubit pipi chubby Aina.
"Lo mau bilang apa hm?" Tanya Rafael dengan sangat lembut.

"Terus kamu anggap aku apa kalau bukan orang? Hantu?" Tanya Aina. Ia akhirnya bernafas lega setelah mengucapkan itu.

Sebelum menjawab, Rafael meletakkan novel ke atas meja Aina terlebih dahulu.
"Ai, dengerin baik-baik. Bagi gue, lo itu bukan manusia. Tapi lo lebih dari segalanya. Terserah lo mau nganggep gue lebay atau apa. Yang jelas, lo itu bagaikan bidadari di mata gue" ucapnya dengan penuh penekanan.

"Kalian pacaran?" Tanya Rendy yang kini sudah berada di samping Rafael. Entah sejak kapan ia berada di situ.

Aina mengerjap polos  kemudian menggeleng
"Enggak!" Tegas Aina.

"Doain aja" bisik Rafael sambil menepuk pundak Rendy dua kali.

"Ada traktiran kalau jadian nggak?" Tanya Rendy disertai dengan cengiran.

"Gampang itu mah" sahut Rafael yang membuat Rendy bersorak gembira.

"Assalamualaikum" salam Fathin, Ara dan Atifa bersamaan.

"Wa'alaaikumussalam"

Mereka bertiga pun melangkahkan kaki menuju kursi masing-masing.

"Raf, geser dong" pinta Ara karena Rafael menghalangi jalannya.

Rafael pun sedikit menyingkirkan badannya.

"Pagi-pagi udah ngapelin Aina aja lo" ucap Fathin sambil duduk manis di kursinya.

AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang