Part 7

823 69 22
                                    

Assalamualaikum para readers:)

"Nyatanya, orang yang jomblo mempunyai jiwa bucin yang lebih besar daripada orang yang pacaran"

Author

Bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Tetapi itu tidak membuat 4 orang pria yang terkenal dengan julukan most wanted itu langsung masuk ke kelas. Mereka lebih memilih ke kantin terlebih dahulu.

"Bu, nasi gorengnya 4. 3 porsi yang pedes, 1 nya yang biasa aja. Krupuk nya di banyakin. Untuk minumnya, 1 lemon tea, 1 jus jeruk, 1 capuccino mochalate, 1 nya lagi susu coklat yang Frisian flag ya," teriak Kevin tanpa jeda saat memesan makanan.

"Siap den!" ucap Yani Ibu kantin.

"Gimana kabar lo semua?" Basa-basi Rafael sembari memainkan ponselnya.

Mereka menatap tajam Rafael. Sudah tau jika mereka terluka, masih ditanya lagi.
"Pake nanya lagi lo! Liat nih, muka ganteng gue jadi lebam gini," gerutu Naufal sembari memperlihatkan wajahnya yang lebam.

"Tau nih sih dugong, main pukul-pukul aja kemaren," sambung Daniel dengan muka datar.

"Salah sendiri. Kenapa kalian gak menghindar pas gue hajar," ucap Rafael santai. Jika ia sudah sangat kesal, ia memang sudah tidak mempedulikan lagi keadaan seseorang. Meskipun, itu sahabat.

"Gimana mau menghindar coba? Orang kita belum siap juga. Lo main pukul aja," ujar Kevin memutar bola matanya malas.

Seorang wanita yang sudah berumur membawakan pesanan mereka. Karena ini sudah jam masuk, jadi keadaan kantin sepi. Jadi, pesanan mereka bisa diantarkan langsung tanpa harus mengantri.
"Ini pesanannya den" ucap Yani sambil meletakkan piring dan gelas.

"Makasih bu. Ini uangnya," ucap Rafael sembari memberikan sejumlah uang. Ia memang selalu membayar makanan yang dipesan oleh sahabatnya. Dia kan sultan.

"Makasih den," ucap Bu Yani. Setelah itu, ia pergi meninggalkan keempat pria itu.

Setelah kepergian Bu Yani, tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka. Itu disebabkan karena kelaparan yang melanda. Mereka tidak sempat makan di rumah Rafael tadi. Karena jam sudah menunjukkan pukul 07: 35, dan parahnya, ada mamahnya Rafael di rumah. Bisa diceramahi habis-habisan mereka jika ketahuan terlambat.

Saat sedang khusyuk nya makan, mereka di kagetkan dengan suara pukulan di atas meja.

                               Brakk!

"Astagfirullah."

"Allahu Akbar."

"La ilaha illallah."

"Tuyul tuyul eh tuyul." ucap mereka berempat dengan kompak sambil memegang dada.

"Kalian kenapa masih di sini HAH?!" Gertak pak Tono guru yang terkenal killer di sekolah ini.

Sedang mereka? Mereka masih sangat santainya makan. Mereka tidak takut sama sekali dengan guru-guru di sini. Meski guru killer sekalipun.
"Santuy kali pak bicaranya, gak usah pake urat," ucap Rafael setelah menyeruput minumannya.

Kekesalan Tono semakin memuncak. Masih pagi-pagi, ia harus menghadapi empat siswa yang sangat terkenal dengan kenakalan nya ini.
"SAYA TANYA SEKALI LAGI, KENAPA KALIAN MASIH ADA DI SINI?" tanya pak Tono dengan penuh penekanan dan nada bicara naik 3 oktaf.

"Pak, kalau bicara gak usah teriak-teriak napa. Kita gak budeg kali" sindir Naufal sambil memegang telinganya yang berdengung.

"Iya pak. Sakit nih telinga kita," sambung Daniel.

AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang