Assalamualaikum para readers:)
""Sebenarnya, kita ini apa? Dua orang yang saling suka, tapi takut mengungkapkan? Atau, salah satu dari kita hanya beranggapan sahabat?"
•Aldebaran Fathir Rafael•
" Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil. Tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna."
•Albert Einstein•
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
"Sebaik Baik Manusia Adalah Yang Paling Bermanfaat Bagi Orang Lain"
Aina berjalan menelusuri koridor yang masih sepi. Karena ia berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya. Itu karena hari ini ia piket di kelas.
"Assalamualaikum," ucap Aina pelan saat memasuki kelasnya.
Ternyata, di dalam kelas sudah ada Siska dan Lidya yang tengah menyapu.
"Wa'alaaikumussalam."
"Kalian dari tadi datengnya?" tanya Aina sambil meletakkan tasnya di atas meja.
"Baru aja kok," jawab Lidya.
"Aina, lo yang hapus papan tulis dan nyapu di teras depan ya," ujar Siska membagi tugas pembersihan.
Aina hanya mengangguk. Ia pun segera menghapus papan tulis. Setelah itu, ia mengambil sapu lalu mulai menyapu teras kelas.
"Assalamualaikum," terdengar salam dari arah belakang Aina. Ia pun menoleh.
"Wa'alaaikumussalam."
"Mau gue bantu?"
"Eh Raka. Hmm, nggak usah," tolak Aina.
"Yaudah, gue bantu doa aja."
"Makasih doanya."
Aina terus menyapu teras. Sementara Raka dengan setia bersandar di tembok dengan tangan di dalam saku celana. Ia terus memperhatikan wajah Aina dari samping.
Tanpa sadar, ia tersenyum samar. Wajah Aina begitu manis. Terlihat sangat natural. Ia bahkan tidak melihat ada polesan liptint di bibir Aina.
"Aina," ucapnya pelan.
"Ya?" Aina menghentikan tangannya yang menyapu.
"Lo cantik, gue suka."
"Hm?"
"Eh nggak. Lupain aja." Raka keceplosan mengucapkan itu. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sekuat tenaga ia berusaha menutupi saltingnya.
"Yaudah," ucap Aina. Ia kembali menyapu teras.
Sementara, di ujung koridor sana terdapat seorang yang sedang menahan rasa cemburunya.
Ia berusaha menetralkan emosi, dan cemburunya. Setelah mendingan, ia berjalan mendekati dua insan yang berada di depan kelas sana.
"Assalamualaikum," salamnya.
"Wa'alaaikumussalam," jawab Aina dan Raka.
"Ai. Inget, nggak boleh berduaan. Nanti yang ketiganya setan," ucap Rafael dingin. Ia menatap sengit ke arah Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aina
Novela Juvenil"Ai, jangan dengerin mereka ya," ucap Rafael lembut sambil menatap pucuk kepala Aina. "Ai?" tanya Aina. "Iya. Nama lo kan Aina, jadi gue manggil lo dengan sebutan "Ai". Dan hanya gue yang boleh manggil dengan nama itu," tegas Rafael. "Iya. Terserah...