Assalamualaikum para readers:)
"Mulai sekarang, kalau deket sama orang itu, raganya aja. Hatinya, nggak usah! Paham?"
•Author•
Bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Sementara Aina masih setia menunggu angkutan umum yang belum juga datang. Untuk menghilangkan rasa bosan, Aina memainkan ponselnya sambil bersholawat.
Pip pip!
Saat mendengar suara klakson mobil, kepala Aina mendongak."Belum pulang?" tanya Rafael dengan sedikit mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil
Yang di dalam mobil hanya menatap datar Rafael. Sejak kapan Rafael jadi goblok begini?
"Ya belum lah. Kalau dia udah pulang, dia gak bakalan masih ada di sini bego," bukan Aina yang mengatakan. Tetapi Kevin dengan nada yang nyolot."Gak usah ngegas Bambang. Bukan lo yang gue tanya," kesal Rafael.
"Abisnya, pertanyaan lu unfaedah banget nyet!" ucap Daniel sembari memainkan ponselnya.
"Lo gak tau istilah basa-basi?" Ucap Rafael dengan muka sedikit merah menahan kesal.
Sementara Aina, ia hanya menonton pertunjukan di depannya dengan muka datar. "Udah berantemnya?" tanya Aina
Naufal menoleh lalu tersadar, "Ehehehe, maaf Na. Maklum, kita emang suka berantem kalau udah bersama," ucapnya dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Mau ikut gak?" tawar Rafael. Sebenarnya, sedari tadi ia memperhatikan Aina dari jauh. Ia menunggu waktu yang tepat, agar Aina mau ikut bersamanya.
Mata Aina terbelalak mendengar penuturan Rafael. Ia jadi sedikit takut. Kalau dia ikut, jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. " Nggak usah. Aku tunggu angkutan umum aja." tolak Aina dengan kepala tertunduk.
"Tapi jam segini jarang banget ada bis yang lewat di sini," ucap Daniel dengan melihat arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 15:08.
"Iya Na, lo ikut kita aja. Tenang, kita gak bakal ngapa-ngapain lo kok," ucap Kevin meyakinkan. Ia langsung peka, jika Aina takut kepada mereka. Sangat kelihatan dari gerak-gerik nya.
"Tapi-" belum sempat Aina melanjutkan perkataannya, sudah dipotong duluan oleh Rafael.
"Gak ada penolakan" ucapnya dengan tegas. "Niel, Vin, Lo berdua pindah ke kursi paling belakang!" Perintah Rafael.
"Siap bos" ucap mereka kompak sambil pindah ke kursi paling belakang.
Aina masih sedikit takut kepada mereka. Tapi, kalau ia tidak ikut dengan mereka, ia mungkin akan lama menunggu bus. Sementara sopirnya tadi menelpon bahwa mobilnya mogok. Aina merasa tidak enak dengan Daniel dan Kevin yang harus pindah ke kursi paling belakang.
"Ai" panggil Rafael saat melihat Aina masih berdiri di tempatnya.
"Ai" ulang Rafael. Tapi masih tidak ada sahutan dari Aina.
"Ai ... yang!" Panggil Rafael dengan suara naik satu oktaf.
"Ehh, iya?" Jawab Aina saat tersadar dari lamunannya.
"CIEEEEEEEEEEEE" ucap Naufal, Daniel dan Kevin kompak sambil terkekeh.
"CK. Gue manggil lo Ai, tapi lo gak nyahut. Tiba gue manggil lo Aiyang, lo nyahut". Cibir Rafael sembari menenangkan jantung nya.
"Ehh? Emang kamu tadi manggil Aiyang?" tanya Aina dengan muka polos nya karena tidak terlalu mendengar Rafael tadi.
"Perlu gue ulang?" tanya Rafael sambil menaik-turunkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aina
Fiksi Remaja"Ai, jangan dengerin mereka ya," ucap Rafael lembut sambil menatap pucuk kepala Aina. "Ai?" tanya Aina. "Iya. Nama lo kan Aina, jadi gue manggil lo dengan sebutan "Ai". Dan hanya gue yang boleh manggil dengan nama itu," tegas Rafael. "Iya. Terserah...