Part 9

614 60 5
                                    

Assalamualaikum para readers.
Happy reading, semoga suka.

"Jika waktu dapat diulang, aku ingin kembali ke masa dimana semua belum serumit ini".

Aldebaran Fathir Rafael•

Hari ini, Rafael sengaja datang lebih awal dari biasanya. Karena, ada satu tujuan yang ingin dicapainya. Yaitu, mendapatkan maaf dari Aina. Entah mengapa, Rafael sangat merasa bersalah pada cewek itu. Padahal, selama ini dia sangat tidak ambil pusing jika melakukan kesalahan.

"Arghhhhh, nih bel masuk lama banget sih bunyi" teriak Rafael sambil mengacak-acak rambutnya.
"Mana sih tuh 3 curut. Lama banget datengnya" oceh Rafael sembari mengotak-atik ponselnya.

Rafael pun mencari kontak seseorang. Setelah mendapatkan nya, ia segera menghubungi nya
"Heh curut, lo dimana sih? Lo gak ke sekolah? " Tanya Rafael ponselnya terhubung dengan Naufal.

"Masih di rumah" ucap Naufal dengan suara serak khas orang bangun.

Mata Rafael terbelalak. Bisa-bisanya Naufal masih di rumah. Padahal, tadi malam ia menyuruh nya agar datang ke sekolah lebih awal.
"Lo masih di rumah? Udah jam berapa ini astagfirullah" ucap Rafael shock sambil memukul jidatnya.

Bukannya segera berkemas, yang ditelpon malah bertanya balik.
"Emang lo dimana Sekarang?" Tanya Naufal  yang masih mengumpulkan nyawanya.

"Sekolah!" Ucap Rafael dengan sedikit berteriak. Ia sudah sangat kesal sekarang. Daritadi ia menunggu para sahabat nya, ehhh mereka masih tidur ternyata.

Naufal mencerna baik-baik ucapan Rafael. Setelah nyawanya terkumpul matanya membulat sempurna.
"What? Otak lo gak geser kan? " Kaget Naufal yang membuatnya langsung terduduk.

"Gak Usah aneh-aneh deh!" Ucap Rafael dengan muka datar.

Naufal yang lupa dengan janjinya semalam, kini bertanya kembali
"Ngapain lo di sekolah jam segini bego? Ini baru jam  6 astagfirullah" teriak Naufal di seberang sana setelah melihat jam di dinding.

Mendengar teriakan Naufal, sontak Rafael menjauhkan ponsel dari telinga nya.
"Wah, pantesan. Dari tadi gue nungguin bel masuk tapi gak bunyi-bunyi. Baru jam 6 ternyata" ucap Rafael sambil geleng-geleng.

"Dari jam berapa lo di sana?" Tanya Naufal diseberang sana.

" Dari tadi" ucap Rafael sambil duduk di kursinya.

"Siapa yang bukain gerbang?" Tanya Naufal lagi.

"Gue manjat pagar" jawab Rafael santai. Memang, tadi Rafael pergi ke sekolah hanya diantar oleh sopir nya. Ia tidak mood untuk membawa kendaraan sendiri. Saat sampai di sekolah dan melihat gerbang masih digembok, jadilah ia memanjat pagar.

Naufal hanya geleng-geleng. Masih pagi begini, ia harus dibangunkan dengan kenyataan bahwa sahabat nya sudah mulai stres.
"Gue gak abis pikir dengan lo. Ganteng-ganteng tapi goblok!" Decak Naufal yang pusing mendengar penuturan Rafael.

Rafael hanya menghela nafas gusar. Yang terpenting sekarang, ia harus bertemu dengan Aina dan meminta maaf padanya.
"Serah lu. Oh iya, cepetan ke sini. Gue tunggu. 15 menit, lo udah ada di depan gue!" Tegas Rafael.

Mata Naufal membulat sempurna. "Ehhh Bambank, lo kira jarak rumah gue ke sekolah deket apa? Itu aja butuh waktu 20 menit. Belum lagi gue mau mandi dulu!" Ujarnya yang tidak terima dengan ucapan Rafael barusan.

"Gue gak mau tau. Gue tunggu 15 menit lagi dari sekarang!" Tegas Rafael.

"Tap-" belum selesai Naufal melanjutkan perkataannya, sambungan teleponnya sudah mati.

AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang