Assalamualaikum para readers:)
"Hal yang sering kita jumpai di zaman sekarang adalah kecewanya kedua orang tua karena kelakuan anaknya"
•Author•
"Eh, kalian udah belajar belum? Sebentar kan, ada kuis" tutur Ara setelah terjadi keheningan beberapa menit tadi.
Daniel menatap Ara dengan tatapan yang sulit diartikan. Dengan senyum yang tertahan, ia pun memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan Ara.
"Belum" jawabnya seadanya.
"Emang lo udah belajar?" Tanya nya.
"Udah sih, tapi baru dikit. Soalnya susah buat masuk di otak" gerutu Ara.
"Kalau gitu, kita belajar bareng aja". Ajak Daniel dengan semangat 45.
Kevin melirik Daniel dengan muka datarnya. "Bilang aja mau modus lo!"
"Apaan sih Vin. Orang gue tulus gini kok mau belajar" bohong Daniel. Padahal, ia memang berniat ingin modus.
"Emang sebentar kuis mata pelajaran apa?" Tanya Rafael.
"Sejarah Indonesia" jawab Aina.
"Yaaaah" jawab Daniel dengan kecewa. Begitupun dengan yang lainnya. Mereka kan, sangat tidak menyukai mata pelajaran itu.
"Udah mau bel nih, kita masuk kelas yuk. Sekalian belajar" ajak Fathin setelah menyeruput minumannya.
"Ayok. Gue juga belum belajar nih" sahut Athifa. Ia pun berdiri diikuti dengan Aina dan Ara.
Melihat Rafael dan sahabatnya masih duduk dengan santai, Aina pun berinisiatif untuk bertanya.
"Kalian nggak mau ke kelas dan belajar bareng?"
"Kalian duluan aja. Nanti kita nyusul" jawab Rafael.
"Oh, yaudah. Kita duluan ya, assalamualaikum" pamit Aina dan yang lainnya.
"Iya. Wa'alaaikumussalam"
Aina dan sahabatnya pun pergi meninggalkan kantin. Mereka harus belajar agar bisa menjawab pertanyaan dari Bu Sukma. Bisa gawat kalau Bu Sukma bertanya terus tidak dijawab. Biasanya, yang tidak menjawab akan mendapatkan hukuman.
"Lo pada punya ide nggak buat gagalin kuis hari ini?" Tanya Kevin.
Rafael mengetuk-ngetuk dagunya. "Ahaaa. Gue punya ide". Jawabnya dengan antusias.
"Apaan?" Tanya mereka.
Rafael pun menceritakan rencananya. Naufal dan yang lainnya mendengar dengan seksama. Senyum miring terbit di wajah mereka masing-masing. Jiwa bar-bar mereka kini membara.
🍁🍁🍁🍁🍁
Di sisi lain, seorang wanita paruh baya yang masih kelihatan awet muda tengah berhias diri. Disampingnya, ada suami tercintanya yang sibuk dengan ponselnya.
"Pah, kita jadikan ke sekolah?" Tanya Rina.
"Jadi mah". Jawab Nabhan.
"Yaudah kita berangkat sekarang" ajaknya seraya memakai tas nya yang terbilang mahal itu.
Nabhan mengangguk. Ia segera menyimpan handphone di saku celananya lalu berdiri.
Hari ini, mereka berdua berencana untuk pergi ke Sekolah Pelita untuk memantau keadaan sekolah sekaligus anaknya, Rafael.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, akhirnya mobil sport milik Nabhan memasuki area SMA Pelita. Para satpam yang menjaga gerbang memberi hormat kepada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aina
Tienerfictie"Ai, jangan dengerin mereka ya," ucap Rafael lembut sambil menatap pucuk kepala Aina. "Ai?" tanya Aina. "Iya. Nama lo kan Aina, jadi gue manggil lo dengan sebutan "Ai". Dan hanya gue yang boleh manggil dengan nama itu," tegas Rafael. "Iya. Terserah...