Celine menatap jam pada ponselnya, pukul 22:15 WIB malam dan Celine tidak bisa tidur. Jika sedang sendirian, Celine terus saja teringat pada Adrian, khususnya pada kebersamaan mereka selama lima tahun lamanya.
Entah sadar atau tidak, Celine sedang membaca pesannya bersama Adrian, membacanya dengan mata yang berkaca-kaca dan air matanya langsung mengalir ketika melihat tanggal dan jam berapa terakhir kali mereka saling mengirim pesan.
Celine menaruh ponselnya dan menyembunyikan wajahnya di guling sambil menangis, suara tangisan Celine tidak kuat namun air matanya mengalir dengan deras.
Hampir tiga puluh menit lamanya Celine menangis dan kini gadis itu mulai tenang dengan matanya yang sembab. Celine mengambil ponselnya untuk menghubungi Zalfa dan Celine bernapas lega karena teleponnya langsung diangkat.
"Fa, lo hari Sabtu sibuk gak? Ada sidang?"
"Gak ada. Tapi gue mau ketemu klien sekaligus nyusun kontrak perjanjian, kenapa?"
Celine menghela napas, "gue bosen banget. Mulai stres, liburan yuk."
"Gak bisa gue, coba aja ajak Yana sama Akila. Eh tapi kayaknya dua orang itu gak bisa deh, ya lo tau kan gimana Yana sama Akila kalo hari weekend? Yana sibuk sama pacarnya terus Akila sibuk sama keluarganya."
Celine kembali menghela napas.
"Lo abis nangis? Masih nangisin dia?"
"Hmm,"
"Mau sampe kapan, Cel? Tapi kalo emang nangis bisa bikin lo tenang, keep going. Gue yakin lo bisa lupain dia, hwaiting!"
Celine tersenyum, "thanks. Sorry ya gue ganggu lo malem-malem gini, bye." Celine menjauhkan ponselnya dari kuping lalu kembali menghela napas seraya menatap langit-langit kamarnya.
-Can We?-
Cleirin menatap sejenak Celine yang baru saja bergabung untuk sarapan lalu kembali menatap Celine kali ini dengan lekat. Cleirin memperhatikan mata Celine lalu menghela napas tanpa mengucapkan apa-apa.
"Celine mau ke Bali, hari Sabtu ini." Ucap Celine dengan mata yang tertuju pada buah-buahan dan mulut yang tersumpal roti.
"Mau ngapain? Sama siapa?" Tanya Maska.
"Sendiri, liburan."
Maska dan Cleirin saling tatap.
"Jangan sendiri, Cel. Lo belom move on, takutnya lo bunuh diri di Bali." Celetuk Ethan di mana Celine berada di sebelahnya.
Cleirin melempar Ethan dengan kulit jeruk dan menatap anak keduanya dengan tajam dan di balas kekehan oleh Ethan sendiri.
"Jangan sendiri, lebih bagus sama temen-temen daripada sendiri, Cel." Kata Maska.
"Mereka sibuk semua," Celine masih menatap buah-buahan yang ada di depannya.
"Sama mami kalo gitu, atau kita sekeluarga pergi." Ucap Cleirin.
"Tapi kita harus pergi ke Singapur hari sabtu karena temen aku ada pesta di sana, pulang hari minggu," ucap Maska mengingatkan istrinya dan Cleirin menghela napas.
"Ke Singapur aja, ikut mami sama papi." Tawar Maska.
"Mau ke Bali." Celine menangis seraya menundukkan kepala sambil memegang selembar roti tawar yang baru ia makan sedikit.
"Oke-oke, tapi jangan lakuin apapun di sana, jangan macem-macem, sekedar liburan. Inget, jangan macem-macem, sekedar liburan." Ucap Cleirin dan Celine mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [COMPLETED]
Teen Fiction[Celine Story] Dibalik sifatnya yang ketus, ceplas-ceplos, dan ucapan yang keluar selalu sadis dari mulutnya. Celine termasuk golongan orang-orang bucin, Celine begitu setia dan menaruh harapan besar kepada kekasihnya namun siapa sangka jika kesetia...