Usapan tangan Justin pada jemari Celine terhenti ketika ia mulai merasakan kantuk. Selama di rumah sakit, jam tidur Justin terganggu karena terus memikirkan kondisi juga reaksi Celine saat Justin memberitahu Celine jika rahim wanita itu sudah diangkat.
Justin memejamkan mata dengan kepala yang jatuh di tepi ranjang rumah sakit yang Celine tempati. Kedua mata Justin terbuka dan kepalanya langsung terangkat saat merasakan jemari Celine bergerak, senyum langsung terbit di bibir Justin melihat kedua mata Celine sudah terbuka.
"Hei, apa yang kamu rasain sekarang?" Justin lebih mendekat pada Celine.
Celine membuka lebar matanya dan menatap Justin, khususnya mata yang terlihat merah dan sembab. "Kamu nangis?"
Mendengar suara Celine, entah mengapa mata Justin langsung berkaca-kaca.
Justin menyeka air mata yang hampir saja keluar dari sudut matanya, "aku takut kamu kenapa-napa."
"Aku ngerasa baik-baik aja sekarang,"
"Syukur kalo gitu, aku takut banget."
Celine tersenyum kecil, "kamu takut karena omongan aku soal meninggal itu?"
Justin mengangguk dan menggenggam erat tangan Celine dengan kedua tangannya.
Celine menatap perutnya, "aku udah melahirkan. Anak kita..." Celine terdiam karena matanya sedang tertuju pada box bayi transparan di mana di sana ia dapat melihat dengan jelas bayi mungil yang dibalut kain untuk menghangatkan tubuhnya.
Celine yang hendak duduk langsung ditahan oleh Justin.
"Biar aku bawa ke sini," ujar Justin lalu pergi mengambil Claire yang berada tidak jauh dari mereka.
Celine tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca melihat buah hatinya yang sudah Justin letakkan sebelahnya, tepat di bawah lengan Celine. Senyum Celine menghilang saat teringat sesuatu.
"Claire udah minum ASI aku?"
Justin mengangguk, "waktu kamu gak sadar dan untungnya ASI kamu udah keluar."
Celine bernapas lega. "Tapi, aku kenapa? Aku gak sadar? Aku hampir mati? Aku inget banget aku perdarahan gak lama Claire keluar,"
"Kamu perdarahan..." Justin diam sejenak lalu kembali berbicara, "...jadi untuk bikin perdarahan kamu berhenti kamu dioperasi."
Celine mengangguk kecil, "untung aja aku gak perdarahan lagi."
Justin menelan ludahnya dengan terpaksa melihat Celine tersenyum kepadanya.
Celine mengusap-usap pipi Claire dengan telunjuknya, "Claire cantik banget, hidungnya mancung bikin mami iri."
Justin tersenyum di mana perhatian dan pikirannya tidak bisa lepas dari Celine.
"Aku udah kasih kamu anak cewek, nanti kalo Claire umur tiga atau empat tahun aku bakal hamil lagi, kasih kamu anak cowok." Ucap Celine tanpa melepaskan tatapannya dari Claire.
Justin memalingkan wajah dan memejamkan mata mendengar ucapan Celine barusan, Justin menjauh dari Celine dan berdiri membelakangi Celine menyibukkan diri dengan hadiah yang mereka dapat untuk anak mereka.
Diam-diam Justin menghela napas dan mengedipkan beberapa kali matanya agar air mata yang menggenang tidak jatuh membasahi pipi.
-Can We?-
"Aku gak tau, aku gak tau harus ngomong gimana sama Celine." Justin meremas rambutnya dengan kepala yang memunduk.
"Kamu harus cepet-cepet kasih tau, takutnya bakal jadi rumit kalo ditunda-tunda." Ujar Afra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [COMPLETED]
Jugendliteratur[Celine Story] Dibalik sifatnya yang ketus, ceplas-ceplos, dan ucapan yang keluar selalu sadis dari mulutnya. Celine termasuk golongan orang-orang bucin, Celine begitu setia dan menaruh harapan besar kepada kekasihnya namun siapa sangka jika kesetia...