"Kok lo pasrah?"
Celine membuka matanya yang terpejam dan menatap Justin yang tersenyum.
"Jadi keenakan lo ya kita ciuman,"
"Ck! Awas!" Celine berusaha menyingkirkan tangan Justin dan untung saja Justin langsung menyingkir dari atas tubuhnya.
"Tadi sampe mana omongan gue?" Justin memejamkan mata seraya mengingat ucapannya sebelum ia memajukan wajah bukan untuk mencium Celine melainkan menggoda gadis itu.
"Gak tau sih," Celine menarik kerah baju yang merosot memperlihatkan tali bra nya
"Oh, sampe lo coba jauhin gue tapi ujung-ujungnya kita ketemu. Di mulai dari lo pergi sendiri ke Bali, lo lupa bawa dompet, sampe tadi lo diganggu pas di club, dan masih banyak lagi."
"Itu kan kebetulan,"
"Iya, emang kebetulan. Tapi seharusnya lo bersyukur, kalo gak ada gue nasib lo bakal gimana coba? Yakin lo mau jauhin gue?"
"Kan udah gue bilang gak bisa! Temenan sama lo juga gak bisa!"
"Ribet lo, gimana lo gak makin stres abis diselingkuhi sedangkan lo mikirnya udah kejauhan."
"Harus dong! Udah gue bilang..."
"Iya tau, cowok sama cewek gak bisa temenan. Iya gue setuju," Justin mengambil minuman soda dan meminumnya sampai habis. "Tapi lo terlalu pasrah tau gak,"
Celine mengangguk kecil bukan karena setujuh dengan ucapan Justin melainkan ingin melontarkan pertanyaan yang sudah sangat yakin untuk ia keluarkan, "kalo kita lebih dari sekedar temen gimana?"
Justin sempat terdiam, "emang gimana?"
"Jujur aja, gue gak bisa ikut lo."
Justin kembali diam dan kali ini cukup lama seraya memutar kaleng minuman sodanya dengan kedua tangan.
"Gue juga gak mau paksa lo ikut gue," kata Celine lagi.
Justin mengangguk tanpa mengucapkan apa-apa.
Celine menghela napas dengan tubuhnya yang bersandar pada sofa, ia masih duduk di karpet. "Ribet, jelas gue harus punya pemikiran yang jauh karena gue gak mau tersiksa nantinya."
Justin ikut menyandarkan punggungnya di sofa, "gue gak beriman, tapi bukan berarti gue bisa tinggalin keyakinan gue gitu aja."
Kali ini gantian Celine yang diam seraya memainkan kuku-kukunya.
"Nikah beda agama kan bisa," Justin menoleh.
"Makin ribet! Tetep aja pernikahan gue gak sah kalo nikah beda agama,"
"Iya sih, tapi banyak juga tuh yang pada nikah beda agama."
"Gue gak mau," balas Celine dengan tegas.
Justin menghela napas, "gak usah lo pikirin bisa gak sih? Kita tetep deket tanpa harus mikirin itu."
"Lo terlalu santai tau gak, gue gak bisa."
"Kenapa sih lo gak kayak mereka yang dengan enjoynya pacaran beda agama dan bodo amat sama perbedaan mereka, like a shit, lo gak perlu pikirin itu. Yang penting happy,"
"Dan masalahnya gue bukan tipe orang yang bodo amat apalagi itu menyangkut soal masa depan gue,"
Justin duduk mengarah pada Celine, "justru itu tantangan, Cel."
"Lo gila tau gak,"
"Justru kalo kita pacaran itu tantangan besar buat kita, se..."
"Lo gila," Celine tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [COMPLETED]
Teen Fiction[Celine Story] Dibalik sifatnya yang ketus, ceplas-ceplos, dan ucapan yang keluar selalu sadis dari mulutnya. Celine termasuk golongan orang-orang bucin, Celine begitu setia dan menaruh harapan besar kepada kekasihnya namun siapa sangka jika kesetia...