Celine menghempaskan tubuhnya ke tempat tidurnya, Celine baru saja tiba di rumah lalu mengecek ponselnya apakah ada notifikasi pesan dari Justin atau tidak dan tidak ada
Celine menghela napas panjang sambil menatap langit-langit kamarnya, kedua mata Celine terpejam erat ketika mengingat adegan ciumannya bersama Justin dan kembali terbuka ketika mengingat tentang tato laki-laki itu.
Celine berbaring menyamping dengan tangannya yang ia jadikan bantalan, "beneran gak ada kemungkinan sih." Gumam Celine dengan kepala yang terus dipenuhi oleh tato Justin.
Celine memejamkan mata dengan membenamkan wajahnya pada selimut, "gimana ini?"
"Cowok! Gue harus cari cowok! Gue harus minta bantuan Zalfa sama Akila." Celine merubah posisinya menjadi terlungkup dan mengambil ponselnya yang sempat tergeletak begitu saja.
Celine terkejut dan refleks duduk melihat nama Justin tertera di layar ponselnya, Justin menghubunginya.
Seketika Celine panik sendiri, bingung apakah harus menjawab panggilan telepon Justin atau membiarkannya. Ingin menjawabnya namun Celine tidak siap, ingin membiarkannya saja dan Celine pun juga tidak siap.
Celine menutup sebagian wajahnya dengan kedua tangan sambil memperhatikan layar ponselnya yang ia taruh di hadapannya, Celine menghela napas dan sedikit kecewa kepada dirinya sendiri karena Justin tidak lagi menghubunginya.
-Can We?-
Afra yang sedang menyiapkan makan malam menoleh sejenak untuk melihat siapa yang baru saja datang ke dapur, Valerie. Mengingat ucapan Justin pagi tadi mengenai kedatangan Valerie ke rumah, Afra malas menegur wanita itu.
Valerie duduk di kursi mini bar dengan tubuh yang mengarah pada Afra yang sedang memotong wortel dengan posisi membelakanginya, Valerie meminum sedikit gelas berisi jus yang ia ambil dari kulkas sambil terus memperhatikan punggung Afra.
Valerie menelan minumannya dan menaruh gelasnya, "waktu masih sama saya, Mike gak pernah puas sekali main, apa sama kamu juga gitu?"
Afra langsung berhenti memotong wortelnya lalu memejamkan mata sejenak dan meletak pisaunya, Afra balik badan dan mengambil kain untuk mengeringkan tangannya yang sedikit basah kemudian berjalan mendekati Valerie.
Afra tersenyum, "sama, gak pernah puas sekali main doang. Saya juga mau nanya, apa dia selalu ngucapin i love you dan thank you sambil cium kening kamu setiap kalian selesai main?"
Valerie terdiam sejenak di mana hal tersebut ia dapatkan hanya diawal-awal mereka berhubungan namun tentu saja Valerie tidak ingin terlihat kalah di depan Afra.
Valerie mengangguk, "of course he did."
Afra sedikit memajukan wajahnya agar bisa melihat lebih jelas ekspresi Valerie ketika ia selesai berbicara nanti, "apa dia selalu bisikin kalimat manis untuk kamu? Mike selalu lakuin itu ke saya, kalimat yang paling saya suka di mana Mike bilang kalo saya ini lebih enak dari kamu." Afra tersenyum.
Valerie menelan dengan terpaksa ludahnya secara perlahan dan jemarinya mulai meremas gelas yang sedari tadi ia pegang.
"Saya gak bohong,"
Valerie tersenyum kecil, "kamu keliatan bangga."
"Pastinya, dan saya yakin Mike gak mungkin bohong, kamu juga bisa liat kan gimana Mike sekarang? Jauh lebih bahagia semenjak ada saya."
Valerie tertawa seraya memalingkan wajah.
"Ternyata tujuan utama kamu dateng ke rumah ini untuk rebut Mike dari saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [COMPLETED]
Teen Fiction[Celine Story] Dibalik sifatnya yang ketus, ceplas-ceplos, dan ucapan yang keluar selalu sadis dari mulutnya. Celine termasuk golongan orang-orang bucin, Celine begitu setia dan menaruh harapan besar kepada kekasihnya namun siapa sangka jika kesetia...