Kini di rumah sakit hanya ada Mike, Maska, dan Cleirin yang menemani Justin. Afra sudah pulang karena Noah terbangun dan mencarinya. Mereka duduk tidak jauh dari ruang ICU, Mike, Maska, dan Cleirin duduk berdekatan namun Justin duduk dengan jarak yang jauh dari mereka.
Cleirin menghapus air matanya dengan tangannya sendiri sambil memikirkan Celine di mana kabar terakhir yang mereka dengar keadaan Celine semakin parah karena banyaknya darah yang keluar.
Mike menoleh pada Justin di mana sepertinya Justin sedang menangis, terbukti dari tangan Justin yang terus bergerak menyentuh mata. Mike dapat merasakan dan melihat Justin begitu takut, jauh lebih takut dibanding mendengar kabar perceraiannya dengan Valerie.
Justin menautkan kedua tangannya dan menempelkan tangan itu pada keningnya sambil memejamkan mata. Air mata Justin terus keluar saat ia teringat dengan ucapan Celine mengenai kematian ketika atau setelah melahirkan.
Justin semakin dilanda rasa takut ketika ia teringat bagaimana Celine memintanya melakukan hal yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan sama sekali. Seperti memakai piyama couple, memakai masker, berfoto dengan pose romantis di mana hal-hal itu Celine minta atau inginkan secara tiba-tiba.
Mereka semua tidak diizinkan untuk masuk, dan itu yang membuat Justin semakin takut ditambah frustrasi.
-Can We?-
Pagi ini banyak dari keluarga mereka yang datang ke rumah sakit, karena Celine melakukan persalinan di tengah malam hingga dini hari, tidak mungkin mereka datang. Jadilah pagi ini mereka datang untuk melihat anggota baru di keluarga mereka juga ingin tahu bagaimana keadaan Celine.
Justin membuka matanya saat mendengar suara orang-orang yang sedang saling berbincang, Justin menatap pakaiannya di mana ia masih memakai pakaian kemarin. Justin duduk di tempat tidur, tempat tidur berukuran King size bukan kasur untuk pasien.
Saat mengingat Celine, Justin langsung beranjak dan keluar dari bilik di mana ia berada. Justin langsung menatap keluarga yang sedang berkumpul di mana mereka berada di kamar VVIP rumah sakit.
Di sana ada Mike, Afra, Maska, Cleirin, bahkan Valdo dan Naya juga ada, ditambah dua abang Celine berserta istri mereka turut hadir.
"Gimana Celine?" Tanya Justin menatap bergantian orang-orang yang ada di depannya.
"Belum ada perubahan, masih gak sadarkan diri." Kata Mike.
Justin menghela napas dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan saat keluar ia mendapati Cleirin menggendong anaknya, sepertinya bayi itu baru saja diserahkan karena sebelumnya tidak ada.
"Gendong dulu ya, kemaren kamu gak jadi gendong." Ujar Cleirin.
Justin diam menatap anaknya yang sedang terlelap.
"Justin." Panggil Mike.
Justin mengangguk dan mengulurkan tangan untuk menggendong bayinya yang berjenis kelamin perempuan, "tolong keluar." Pinta Justin pada orang-orang yang berada di sana dan mereka semua pun keluar memberi Justin ruang.
Justin menatap wajah anaknya cukup lama lalu duduk di sofa, tangan Justin bergerak menyingkirkan kain yang sedikit menutupi bibir mungil anaknya.
Justin mencium kening anaknya dan seolah tidak bisa menyudahinya karena aroma tubuh bayi itu, setelah merasa cukup, Justin kembali menatap anaknya.
"Let's pray that mommy is fine." Kata Justin sambil terus menatap wajah bayi itu lalu menciumnya.
Justin menyandarkan kepalanya di dinding lalu menelan dengan sedikit terpaksa ludahnya sambil memperhatikan dinding yang ada di depannya, tiba-tiba saja kedua mata Justin terasa panas bahkan mulai berair. Mendengar bayinya menangis, Justin beranjak dari sofa dan sekedar berdiri sambil menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [COMPLETED]
Teen Fiction[Celine Story] Dibalik sifatnya yang ketus, ceplas-ceplos, dan ucapan yang keluar selalu sadis dari mulutnya. Celine termasuk golongan orang-orang bucin, Celine begitu setia dan menaruh harapan besar kepada kekasihnya namun siapa sangka jika kesetia...