Celine menatap Justin yang sedang membereskan sayuran juga alat memasak yang sebelumnya Celine keluarkan karena ia ingin masak sore tadi. Setelah dari rumah orang tua Justin, mereka sempat makan dan kini sudah tiba di apartemen sejak lima belas menit yang lalu.
Celine bingung mengapa Justin melarangnya membereskan sayuran juga alat memasaknya padahal yang sakit adalah hatinya, tapi apa yang Justin lakukan sekarang membuat rasa sayang dan cintanya pada laki-laki itu kian bertambah. Apalagi saat Justin marah besar kepada Valerie karena Valerie menamparnya.
Celine yang sedang duduk beranjak karena Justin sudah selesai membereskan sayuran juga alat memasaknya dan mereka pergi ke kamar.
"Jasjus sama Celcel belum makan," Celine sedikit mendongak menatap Justin sambil kedua tangannya melingkar di pinggang Justin.
"Nanti aku kasih," balas Justin dan ia sedikit bingung saat Celine semakin mengeratkan lingkaran tangan di pinggangnya. "Kamu takut?"
Celine menggeleng, "seneng."
"Kamu seneng ditampar?"
"Ih bukan, aku seneng kamu perhatian."
"Sebelumnya aku gak pernah perhatian?"
Celine menggeleng.
"Masa sih?"
Celine tertawa dan kembali menggeleng.
-Can We?-
Justin menatap Celine yang berbaring membelakanginya di mana sepertinya Celine sudah tidur sedangkan Justin tidak bisa, bukan karena insomnia melainkan karena sedang ingin.
Justin sedikit menjauhkan kepalanya dari bantal dan memajukan wajah untuk melihat apakah Celine sudah tidur atau belum, ternyata sudah.
Justin menghela napas sambil menatap langit-langit kamar di mana ia langsung membayangkan adegan bercintanya bersama Celine yang hanya mereka lakukan sekali.
Justin mengumpat karena bagian bawahnya semakin tidak terkontrol, Justin sedang tersiksa sekarang.
"Sayang," Celine balik badan seraya sedikit membuka matanya dan mendekat pada Justin.
Justin merengkuh Celine dengan tangan kiri sedangkan tangan kananya menyentuh tangan Celine yang berada di perutnya. Posisi mereka biasa saja, namun karena isi kepala Justin sedang kotor, Justin merasa ada yang aneh.
Justin menatap Celine yang kembali tertidur, Justin tidak ingin membangunkan Celine namun sudah tidak dapat menahan hasratnya juga.
"Kamu besok gak ke kantor?"
"Ke kantor, kenapa?"
Celine menggeleng, "tidur aja, udah malem banget." Celine mendekatkan wajahnya ke leher Justin membuat Justin merasa geli.
"Cel?"
"Hmm?"
"Kamu ngantuk banget ya?"
Celine mengangguk sambil bergumam.
Justin diam sambil mengusap-usap lengan juga bahu polos Celine karena Celine memakai dress tidur bertali satu, mengusap-usapnya dengan gerakan lembut membuat Celine kembali terlelap dengan mudahnya.
Beberapa kali Justin menunduk menatap Celine yang benar-benar sudah tidur, Justin merasa kasihan pada dirinya sendiri khususnya pada yang di bawah karena sepertinya ia harus menahannya.
-Can We?-
Pagi hari, Celine bangun lebih dulu dan langsung memperhatikan wajah Justin. Tangan Celine bergerak menyentuh pipi Justin dan di saat itu juga Justin langsung menyentuh tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [COMPLETED]
Fiksi Remaja[Celine Story] Dibalik sifatnya yang ketus, ceplas-ceplos, dan ucapan yang keluar selalu sadis dari mulutnya. Celine termasuk golongan orang-orang bucin, Celine begitu setia dan menaruh harapan besar kepada kekasihnya namun siapa sangka jika kesetia...