Rencana untuk pindah Justin dan Celine urungkan, mereka sepakat untuk tetap berada di apartemen milik Justin dengan sudah memasang sebuah kamera pengawas tepat di depan pintu, jika ada yang memencet bel apartemen maka Celine lebih dulu melihat dari sebuah monitor kecil yang baru saja terpasang sebelum Celine membuka pintu apartemen mereka.
Celine merasa lebih aman dan nyaman jika harus sendirian di apartemen sekarang.
Valerie sudah pergi dari rumah Mike dan Afra, bersama dengan Liam namun mereka masih tetap berada di Indonesia. Kabarnya Lily ikut dengan Valerie namun Lily masih diperbolehkan pulang ke rumah, dan Mike pun masih memberi uang saku untuk Lily karena Lily sendiri belum bekerja, masih harus menyelesaikan pendidikannya di universitas namun pada tahun ini Lily akan segera selesai.
Celine yang sempat bingung apakah harus kembali bekerja atau tidak memutuskan untuk tidak bekerja namun jika ia ingin kembali bekerja lagi bisa saja, untuk saat ini Celine memutuskan berada di kediaman mereka. Berperan layaknya seorang istri, membereskan apartemen, memasak, menunggu Justin pulang, dan lain sebagainya.
Saat ini Celine sedang memasak, menyiapkan makanan karena teman-temannya akan datang untuk makan siang. Karena semakin sering memasak, Celine menjadi begitu mahir sekarang, rasa masakannya selalu pas di mulutnya juga mulut Justin membuat perempuan untuk semakin semangat lagi untuk memasak.
"Gak sia-sia gue ciuman mulu sama dia dulu, untung aja nikahnya sama dia." Gumam Celine ketika teringat tentang mereka saat sebelum menikah yang sudah pernah berciuman.
Mendengar bel apartemen berbunyi, Celine berdecak karena teman-temannya itu datang terlalu cepat. Saat membuka pintu, ketiga teman Celine langsung tersenyum manis dan masuk.
"Lo masak apa, Cel? Laper banget gue," Akila berjalan lebih dulu ke dapur.
"Gak sabar gue pengen cicipi masakan Celine, kalo asin bakal gue bilang sama Justin." kata Yana dan Celine mengerutkan dahi.
"Masakan gue asin kenapa emang?"
"Artinya lo pengen kawin lagi," jawab Zalfa.
"Mitos lo percaya!" Celine segera menyelesaikan kegiatan memasaknya. Celine menatap sinis Akila yang tiba-tiba saja mengambil potongan daging yang masih berada di teflon.
"Nyicip doang kali, Cel. Harus ini buat pastiin gimana rasa masakan lo," Akila memasukkan potongan daging berbentuk dadu. "Oooh, enak, Cel."
"Ih udah dong!" Celine menahan sendok Akila di mana Akila hendak mengambil potongan daging lagi. "Laki gue pelit tau gak soal beli apa-apa, termasuk soal beli daging. Harus hemat-hemat katanya, udah!" Celine mengambil sendok Akila dan menaruhnya di wastafel.
"Pelit gitu yang penting bule tau, Cel." Celetuk Zalfa sambil menyiapkan piring.
"Eh, Cel. Gue mau nikah nih bentar lagi, kasih tips untuk gue dong." Kata Yana di mana tugas Yana adalah menyiapkan nasi.
"Soal?" Celine menoleh sejenak.
"Malem pertama."
-Can We?-
Celine bersama teman-temannya sudah makan, makanan yang Celine masak kini hanya tersisa sedikit lagi, sambil makan mereka sambil bercerita, bercerita tentang malam pertama Celine.
"Rasanya gila sih, sakit." Celine menggelengkan kepala.
"Tapi enak, 'kan?" Tanya Akila dan Celine mengangguk.
"Enak, susah dikasih tau deh gimana rasanya."
"Ya ampun, gue merinding." Yana mengusap-usap lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [COMPLETED]
Ficção Adolescente[Celine Story] Dibalik sifatnya yang ketus, ceplas-ceplos, dan ucapan yang keluar selalu sadis dari mulutnya. Celine termasuk golongan orang-orang bucin, Celine begitu setia dan menaruh harapan besar kepada kekasihnya namun siapa sangka jika kesetia...