"Seharusnya waktu itu ajak mami, Clei. Biar mami obrak-abrik seisi gedung. Udah tua gini mami masih kuat!" Omel Nia pada Cleirin yang duduk di sebelah kanannya sedangkan di sebelah kiri ada Celine.
"Menurut oma gimana sama kata-kata mami?" Tanya Celine mengenai kalimat Cleirin saat di pernikahan Adrian.
"Biasa aja, yang parahnya mami kamu cuma sekali doang tampar si bajingan itu."
"Mi, jangan marah-marah terus ah." Kata Cleirin.
"Halah! Sssst!" Balas Nia dengan ekspresi kesal.
"Iya sih biasa aja menurut Celine, kurang mantep gitu, coba kalo oma ikutan dateng, pasti petcahh! Pake T." Ucap Celine seraya memperhatikan kuku-kukunya.
Nia menghela napas, "dari sini kamu harus belajar, Cel. Cari laki-laki yang bener-bener baik, jangan gampang ke tipu sama tampang, sama mulutnya."
"Celine lagi deket tuh sama Justin," celetuk Ethan yang sedari tadi memang bergabung namun baru kali ini berbicara.
Nia langsung menatap Celine.
"Apa sih, deket sebagai temen kan gak masalah."
"Justin ikut maminya yang pernah selingkuh itu terus lebih pilih selingkuhannya dan sekarang maminya sama selingkuhannya tinggal di New York terus punya anak, 'kan?" Tanya Nia.
Ethan tertawa, "oma nanya sambil ghibah."
Nia kembali menghela napas, "penyakit pasangan ya itu, gak jauh-jauh dari selingkuh. Untung aja di keluarga kita gak ada yang pernah selingkuh atau mungkin lebih tepatnya gak berani. Awas kamu ya, Ethan." Nia menatap tajam Ethan.
"Ck, tapi si Rafa goblok itu pernah selingkuh." Kata Nia lagi.
"Tapi kan karena ada maunya, Mi." Balas Cleirin.
"Tetep aja! Dia selingkuh!"
"Iya, ikut mommynya, Lily juga. Uncle Mike doang yang ikut onti Afra." Kata Celine dengan perasaan yang tidak enak.
"Nah, yang paling penting, paling penting banget nih. Harus seiman, Cel." Nia menatap sejenak Celine, "gak masalah temenan sama Justin, sekedar temen, jangan sampe suka apalagi cinta, ribet ntar. Nih ya, Cel. Kalo kamu sampe cinta sama dia dan dia siap kayak daddynya gak masalah, tapi jangan dipaksa juga, inget jangan dipaksa, gak baik. Dan kalo sampe Justin paksa kamu juga langsung jauhin dia."
Celine mengangguk kecil seraya menatap tangannya yang memainkan ujung bantal.
"Kayak si Valdo, itu dulu dia ikut onti Naya walaupun terpaksa karena dulu mereka nikah secara terpaksa juga, di suruh sama neneknya yang udah sakit-sakitan terus pengen liat dia nikah dan neneknya percaya sama onti Naya. Nah, Mike juga ikut onti Afra, kalo si Justin mau kayak mereka juga gak masalah. Tapi inget, jangan dipaksa." Kata Nia lagi.
"Liat oma, muka Celine langsung murung gitu." Ethan menunjuk Celine.
"Eneg gue lama-lama sama lo! Tambahin aja huruf S di depan nama lo biar jadi Sethan!" Celine melemparkan bantal sofa yang sedari tadi berada di pangkuannya pada Ethan.
Ethan menghindar dan Maska yang baru saja duduk terdiam karena wajahnya terkena lemparan bantal dari Celine yang sebelumnya ditujukan untuk Ethan.
"Papi!" Celine menutup mulutnya karena terkejut bukan takut dimarahi sedangkan Nia tertawa dengan keras sampai akhirnya terbatuk-batuk.
-Can We?-
Mendengar suara tawa juga orang-orang yang sedang berbicara dari lantai dua, Justin turun menggunakan tangga dan mendapati Mike juga Afra sedang berdiri di depan photo booth di mana benda yang biasanya ada di mall kini ada di rumahnya dan itu baru kali ini ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [COMPLETED]
Teen Fiction[Celine Story] Dibalik sifatnya yang ketus, ceplas-ceplos, dan ucapan yang keluar selalu sadis dari mulutnya. Celine termasuk golongan orang-orang bucin, Celine begitu setia dan menaruh harapan besar kepada kekasihnya namun siapa sangka jika kesetia...