"Ya udah sama gue."
Celine menoleh dan menatap Justin dengan ekspresi yang begitu syok.
Justin dan Celine saling menatap satu sama lain tanpa mengucapkan apa-apa.
"Lo apaan sih," Celine langsung memalingkan wajah dari Justin, begitu juga dengan Justin.
Justin diam dan merubah arah duduknya pada televisi setelah sebelumnya pada Celine. Bukan hanya Celine, Justin juga syok sendiri dengan kalimat yang ia keluarkan tadi.
"Kalo lo cuma mau bikin gue baper gak banget sih, yang ada lo malah bikin gue makin gak semangat."
Justin masih diam.
"Lo gak bisa main-main sama perbedaan kita, Justin. Kita beda keyakinan dan itu gak bisa lo jadiin bahan untuk bikin gue baper,"
Justin tertawa kecil, "lo baper?"
Seketika Celine merasa kesal dengan Justin dan menoleh pada laki-laki itu, "can we be together? Can we?" Celine diam sejenak lalu menggeleng, "no, we are different."
Celine menghela napas, "gue tau lo kasihan sama gue, lo gak perlu gila pake ngomong kayak tadi cuma mau bikin gue tenang."
"Sorry." Kata Justin dan Celine yang sejujurnya sempat berharap mendadak kecewa namun tidak ingin ia tunjukkan.
"Udah gue duga lo gak serius, sekali lagi lo ngomong kayak gitu atau nyinggung hal itu, gue bakal bunuh lo." Celine berdiri dan mengambil tasnya lalu keluar dari apartemen Justin.
-Can We?-
Celine menyembunyikan wajahnya di bantal di mana ia baru saja tiba di kamarnya, kepala Celine terus dipenuhi oleh ucapan Justin dan secara perlahan hatinya terasa sakit karena sepertinya ia sudah menaruh harapan pada laki-laki itu.
Celine terkejut dan langsung menjauhkan wajahnya dari bantal ketika sesuatu yang lembut menyentuh lengannya dan pelakunya adalah kucingnya sendiri, Jasjus.
Celine berbaring terlentang dan membawa kucingnya ke perutnya untuk mengusap-usap tubuh ataupun kepala kucing itu.
"Beneran bakal jadi perawan tua gue sih ini," gumam Celine.
Adrian adalah cinta pertama Celine dan pada akhirnya hubungan mereka kandas, lalu Celine berkenalan dengan laki-laki lain yaitu Edric dan langsung merasa tidak nyaman dengan laki-laki itu. Kedua hal tersebut membuat Celine sempat takut bahkan sampai sekarang masih takut untuk berkenalan dan dekat dengan laki-laki baru.
Entah mengapa Celine percaya pada Justin, selain itu ia juga merasa aman dan nyaman, namun sayangnya mereka memiliki perbedaannya.
-Can We?-
Justin menghidupkan lampu kamarnya di mana ia pulang ke rumah orang tuanya lalu duduk di tepi tempat tidur dan menopang dagunya dengan kedua jempol dan siku yang bertumpu pada pahanya.
"Gila sih, bisa-bisanya gue ngomong gitu." Justin mengusap sekali kepalanya lalu menghela napas dan menoleh pada kucingnya, Celcel.
"Udah ngerti aja lo mana yang cakep," kata Justin saat melihat kucingnya langsung mendekatinya lalu Justin membuka tangannya menunggu Celcel datang kepadanya.
Justin membaringkan kucingnya di pahanya dengan posisi terlentang, tangan Justin mulai mengusap-usap perut Celcel lalu menyentuh bagian susu atau payudara kucing itu namun yang Justin dapatkan adalah tangannya hampir dimakan.
"Ooh, agresif kamu ya. Nih, nih, bodo amat." Justin kembali menyentuh payudara kucing itu sambil tertawa namun tawanya berubah menjadi teriakan karena tangannya digigit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [COMPLETED]
Teen Fiction[Celine Story] Dibalik sifatnya yang ketus, ceplas-ceplos, dan ucapan yang keluar selalu sadis dari mulutnya. Celine termasuk golongan orang-orang bucin, Celine begitu setia dan menaruh harapan besar kepada kekasihnya namun siapa sangka jika kesetia...