Can We?'44

16.3K 2.4K 656
                                    

"Hari ini kan hari terakhir kamu check up, ya. Kayaknya bisa lebih cepet dari dugaan sih kamu lahirannya," kata dokter Sarah.

"Ada kemungkinan besok, Dok?" Tanya Justin.

"Gak besok juga lah!" Celine memukul tangan Justin dan dokter Sarah tertawa.

"Waktu itu saya bilang Celine lahirannya dua bahkan tiga minggu lagi, tapi kayaknya prediksi saya salah, mungkin aja minggu depan, gitu. Ini masih kemungkinan ya."

"Idealnya sembilan bulan sepuluh hari atau tiga puluh tujuh minggu, bener, Dok?" Tanya Celine.

Dokter Sarah mengangguk, "emang segitu idealnya. Tapi usia kehamilan yang paling ideal untuk melahirkan itu empat puluh minggu. Mereka, penelitian dari badan kesehatan menemukan kalau bayi yang lahir di minggu setelah minggu ke tiga puluh sembilan akan memiliki daya tahan yang luar biasa terhadap masalah pernapasan dan pencernaan, bahkan masalah pada pengaturan suhu tubuh secara alami yang banyak dialami oleh bayi yang lahir pada minggu ke tiga puluh tujuh."

"Kalo Celine lahirannya minggu depan berarti prematur dong?"

Celine menghela napas, "kamu ih! Kenapa sih? Makanya kalo dokter Sarah jelasin kamu dengerin."

"Ya aku kan gak tau! Yang hamil kan kamu."

"Kelahiran prematur itu umumnya terjadi di bawah tiga puluh tujuh minggu atau kurang dari tiga puluh minggu, Celine sendiri udah bisa dibilang ideal kok untuk melahirkan tapi masih harus menunggu sedikit lagi."

Justin mengangguk paham.

"Untuk persalinan..." Dokter Sarah terdiam karena Justin langsung memotong ucapannya.

"Sesar, Dok."

"Kamu kenapa sih, aku kemaren cuma bercanda doang malah kamu sampe keterusan takutnya. Normal aja, Dok."

"Cel..."

Celine menutup mulut Justin, "persalinan normal."

-Can We?-

Celine menaruh boneka kelinci berwarna putih berukuran sedang di box bayi anaknya seraya Celine membayangkan anaknya yang sedang terlelap sambil memeluk boneka tersebut.

"Alat mandi kita makin banyak karena bentar lagi anak kita lahir sampe aku salah ngambil shampo," kata Justin seraya keluar dari kamar mandi dan mengeringkan rambutnya dengan handuk berukuran kecil.

Celine tertawa dan berjalan mendekati Justin, "coba sini aku cium rambutnya." Celine sedikit berjinjit untuk mencium aroma rambut Justin. "Hmm, wanginya khas baby banget, aku suka. Kamu kok bisa salah ambil sih?"

"Aku asal ngambil tanpa liat-liat, tapi enak juga aromanya." Justin berdiri di depan lemari untuk mengambil baju.

"Kita pake piyama couple yuk, aku yang pilih." Celine menggeser tubuh Justin dan mengambil piyama couple berwarna biru dengan motif garis-garis.

"Abis ini, ayo kita maskeran." Kata Celine setelah mengganti bajunya dengan piyama seperti daster.

"Kamu boleh pake skincare?"

"Ya boleh dong, tapi emang harus ada kandungan tertentu yang di perhatiin, masker yang kita pake dijamin aman." Celine membuka laci khusus untuk perawatan wajahnya.

"Tumben banget kamu ngajak maskeran, kamu ngidam?"

Celine langsung mengangguk agar Justin mau, "iya. Ntar anak kita ileran kalo kemauan aku gak dituruti."

Justin pasrah, ketika kepalanya dipakaikan bando untuk menyingkirkan rambutnya yang menutupi kening, Justin pasrah.

Celine tersenyum melihat Justin sudah memakai masker berupa sheet mask lalu Celine memakai miliknya dengan bando yang juga berada di kepala.

Can We? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang