Jevon sadar bahwa kebohongannya pada Lisa harus segera ia akhiri. Untuk itulah kenapa dia meminta ibu angkatnya untuk pergi meninggalkannya dengan Lisa.
Ia ingin memberitahu Lisa, tak semuanya, tapi setidaknya dia tak perlu dihantui rasa bersalah karena Lisa sudah percaya bahwa ia adalah saudara kembar Anne.
"Gue bohong." Lisa tak bergeming, hari ini dia sudah penuh dengan sebuah kalimat yang terus membuatnya pusing, dari Anne yang mengatakan dia pembunuh yang katanya hanya candaan lalu labrakan dan sekarang Jevon menambahinya dengan kalimat bahwa ia berbohong.
"Bagian mana? Bagian mana kebohongan lo?" tanya Lisa karena jujur saat orang berbohong ia akan menanyakan seluruh hal takut jika ia dibohongi lagi.
"Dari awal. Gue bukan gay."
"Gue tau lo bukan gay." Lisa tampak seperti seorang jaksa yang menanyakan kepada pelaku kejahatan.
"Gue bukan saudara kembar Anne."
Lisa menarik napas, dia memegang erat gelas di tangannya menahan diri tak melempar gelas itu ke kepala Jevon, setidaknya untuk saat ini.
"Tell me what actually happen?" Tentu saja Lisa akan bertanya-tanya hal itu. Untuk sebuah kebohongan Jevon menyiapkannya dengan sangat matang.
"Hari dimana lo tau gue bukan gay, gue nyari alasan dengan bilang kalo gue kabur karena abis dijodohin."
"Kenapa?"
"Kenapa? Gue nggak mau lo ngadu ke Anne kalo gue bukan gay. Dan waktu lo konfrontasi Abam gue sadar kalo gue belum ngasih tau Abam rencana gue jadi gue nyiapin alasan lain yang lebih masuk akal yaitu gue saudara kembar Anne." Lisa memijit kepalanya, ini lebih memusingkan dibandingkan kuis hukum pidananya.
"Terus semua penjelasan lo soal nyokap lo pisah sama bokap lo dan Anne diculik itu semua bohong?" tanya Lisa lagi.
"Iya, semuanya bohong." Untuk sejenak Lisa ingin memuji Jevon yang menyiapkan skenario sebegitu rapinya hingga ia terkecoh.
"Tes DNA?"
"Waktu gue ngajak lo ngomong di tempat makan dan nyuruh lo turun dulu waktu gue parkir sebenernya gue hubungin Malik buat naro surat tes DNA palsu di kamar gue."
"Anjir, lo bener-bener ngalahin penulis drama." Lisa benar-benar merasa seperti orang bodoh selama ini.
"Sorry, gue bohongin lo."
"Gue belum mau nerima permintaan maaf lo. Sekarang kasih tau gue kenapa lo ngelakuin itu? Apa niat lo deketin Anne?"
"Nyokap angkat gue." Alis Lisa naik sebelah.
"Tante-tante yang tadi?" Jevon mengangguk kemudian tatapannya jauh menerawang.
"Gue anak panti asuhan Lis, waktu gue tujuh tahun nyokap Winar ngangkat gue jadi anaknya." Lisa meneliti wajah Jevon, ia tak ingin ditipu berulang kali. Masa tukang tipu ditipu.
"Winar baik sama gue, nyokapnya dan adiknya juga. Semuanya baik terutama Winar. Dia selalu berbagi apa pun sama gue, barang bahkan kami punya temen yang sama Malik dan Abam. Tapi, waktu gue SMP Winar jarang main lagi sama gue ataupun Abam dan Miko." Lisa masih diam mendengarkan.
"Dan akhirnya gue tahu alasannya. Dia punya temen baru, teman yang lebih dia sukai dibandingkan gue ataupun Malik dan Abam. Dan lo tau itu siapa?" tanya Jevon seakan memberikan teka-teki pada Lisa.
"Siapa?"
"Anne. Atau Winar lebih suka manggil dia Oci." Lisa tak pernah mendengar soal Winar dari mulut Anne.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅hopeless love
RomanceIni kisah tentang 4 gadis yang saling berhungan. Namun, kisah cinta mereka tak pernah semulus seperti cerita di novel. Selalu saja ada halangan yang mengganggu. Bisakah mereka menemukan cinta mereka?