12. Out of Love

1.4K 273 69
                                    

Lisa asik memandang Anne yang sedang siap-siap ke kampus, begitulah anak yang mengejar IPK dibanding Lisa yang asal lulus aja senang. Melihat Anne, membuat Lisa memikirkan ucapan Jevon semalam, sebuah rahasia yang begitu besar dan berhasil terungkap.

"Ne," panggil Lisa.

"Apa?"

"Lo kenapa ngijinin Jevon tinggal di sini? Kalo lo mau anak gay lain kan ada si Gerald." Anne berbalik arah untuk memberi perhatian kepada Lisa yang menurutnya sedang bicara aneh. 

"Lo pikir gue nyari roomate gay? Gue pilih Jevon karena Abam bilang kisah hidup Jevon menyedihkan. Masa gue tolak anjir kan kasian." Lisa langsung menegakkan duduknya.

"Menyedihkan gimana?" tanya Lisa, dia ingin memastikan sesuatu yang Anne tahun itu sama dengan yang Jevon katakan.

"Ya dia di usir dari rumah karena dia gay." Beda cerita, tapi sebenarnya Lisa sendiri agak gemas dengan Anne. Masa Anne sebodoh itu hingga tak tahu bahwa Jevon bukan gay.

"Tapi, Ne, kok lo sama Jevon nggak diamuk tetangga apartemen atau digosipin kan kalian beda gender." Lisa memancing lagi.

"Oh itu, Jevon bilang ke tetangga gue kalo kita saudara. Dan mereka percaya kalo kami saudara. Katanya kami mirip, kocak anjir." Lisa mengamati Anne, ia penasaran bagaimana nanti sikap Anne setelah tahu bahwa Jevon berbohong.

"Kalian mirip, sama-sama bego."

"Sialan lo, dia lebih bego dari gue. Udah ah gue berangkat. Kalo mau makan suruh si Jevon masakin, biasanya dia masakin gue. Berasa kayak punya mama gue di sini," kekehnya.

"Anggep aja dia nyokap lo, kan nyokap lo—"

"Gue berangkat, Yudi udah di bawah. Bye," pamit Anne dan langsung keluar kamar dengan langkah yang tertatih.

"Menghindar terus tiap ngomongin nyokap. Anne, Anne hidup lo duh macam cerita Indosiar anjir."

-o0o-

Cinta tak seharusnya membuat orang sengsara, cinta tak seharusnya membuat hati sakit. Namun, meskipun begitu Tama masih menggenggam cinta itu, tak peduli rasa sakit yang ia terima ia masih ingin menggenggamnya. Mungkin istilah cinta tak dapat dimiliki membuatnya berpikir untuk sekedar melihat Anne bahagia bersama dengan orang lain walaupun di sisi lain dia ingin juga menjadi pusat kebahagiaan Anne.

Dan untuk itu dia harus menjauh, keberadaannya bisa menjadi distraksi sendiri bagi hubungan Anne dan Yudi walaupun Tama yakin bahwa Anne tak mungkin merasakan hal yang sama dengannya.  Hal itulah yang membuatnya sepakat untuk menerima tawaran Jenny.

Lelaki berjaket denim yang bau asap itu memarkirkan motornya di parkiran tekling lalu tanpa canggung masuk ke dalam gedung C, tempat dimana dia akan menunggu Jenny yang katanya ada rapat bersama Yudi juga. Sebenarnya Tama agak malas, tapi mau bagaimana lagi? Dia sedang berperan menjadi pasangan baik untuk Jenny setidaknya di depan Yudi ataupun Anne.

Namun, dewi fortuna sepertinya punya dendam pribadi dengan Tama. Ada Anne di sana, duduk di bangku panjang depan ruang HM. Jika seperti ini haruskah ia kabur dan menunggu di parkiran? Atau pulang saja? Toh kasurnya sudah kangen.

Namun, sepertinya memang benar bahwa Dewi Fortuna ada masalah dengan Tama karena baru saja dia berpikir untuk kabur Anne sudah melihatnya, dan apabila dia pergi dari sana maka yang akan terjadi adalah kecurigaan karena terang-terangan menghindari Anne. Jadi keputusannya adalah mendekat, memberi salam, duduk dan diam menunggu. Walaupun menurut pengalaman mengenal Anne, suatu hal yang mustahil ia akan tetap diam karena Anne selalu punya seribu macam cara membuat orang berbicara ataupun terganggu.

✅hopeless loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang